SRAGEN- Masyarakat di wilayah Sragen agaknya harus memperpanjang nafas sabar untuk segera keluar dari kekeringan. Pasalnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) secara resmi sudah menyampaikan pemberitahuan bahwa kemarau panjang di Sragen diperkirakan baru akan berakhir akhir bulan depan.
Hal itu disampaikan Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen, Sugeng Priyono. Ia mengatakan dari pemberitahuan resmi BMKG yang dilayangkan ke BPBD Sragen, memberitahukan bahwa hujan pertama di Sragen baru akan turun tanggal 20 November mendatang.
Itu pun intensitas hujannya baru dalam skala hujan ringan.
“Dan kami percaya dengan perkiraan dari BMKG. Artinya, praktis kekeringan masih akan berlangsung satu bulan lebih yang harus kita hadapi,” paparnya saat menerima bantuan tandon air untuk 7 desa dari YBM PLN Solo dua hari lalu.
Atas kondisi itu, Sugeng mengimbau agar masyarakat bisa menghemat air sambil menunggu turun hujan. Untuk mengantisipasi ini, kegiatan droping akan terus digencarkan sebagai solusi jangka pendek mengatasi kekeringan.
Selain itu, upaya jangka panjang yang harus dilakukan adalag menggalakkan kembali program reboisasi.
Reboisasi dipandang penting karena kemarau panjang dan cuaca yang saat ini terjadi diyakini memiliki benang merah dengan makin berkurangnya tampungan air dan pepohonan.
“Makanya kami punya wacana untuk ke depan reboisasi digalakkan lagi dan tanaman yang ditanam yang tidak ada nilai ekonomisnya. Ini sudah kami sampaikan ke bupati. Mungkin yang kita ajukan adalah pohon beringin,” terangnya.
Sugeng menambahkan hingga awal Oktober ini, jumlah wilayah kekeringan di Sragen terus meluas. Jika sebulan sebelumnya jumlah wilayah kekeringan dan krisis air tercatat 7 kecamatan dan 28 desa, bulan ini sudah meningkat menjadi 7 kecamatan dan 35 desa. Wardoyo