Beranda Daerah Wonogiri Ribuan GTT PTT Wonogiri Mogok Mengajar, Polisi Akhirnya Jadi Guru Dadakan

Ribuan GTT PTT Wonogiri Mogok Mengajar, Polisi Akhirnya Jadi Guru Dadakan

Seorang personil Polsek Eromoko Polres Wonogiri mengajar siswa SDN 2 Basuhan.
Seorang personil Polsek Eromoko Polres Wonogiri mengajar siswa SDN 2 Basuhan.

WONOGIRI–Para polisi di Polres Wonogiri harus turun ke sekolah-sekolah selama aksi mogok mengajar kalangan Guru Tidak Tetap Pegawai Tidak Tetap (GTT PTT) berlangsung. Korps Bhayangkara ingin proses pembelajaran di sekolah tetap berlangsung kendati sebagian besar pendidiknya tidak mengajar.

Salah satunya kegiatan mengajar yang dilakukan oleh anggota Polsek Eromoko di SDN 2 Basuhan Eromoko. Dengan bekal ilmu yang didapat, polisi itu memberikan materi kepada siswa SD secara maksimal.

Kapolres Wonogiri AKBP Robertho Pardede melalui Kasubag Humas AKP Hariyanto, Selasa (9/10/2018), menerangkan, para polisi menjadi guru dadakan mulai pukul 09.00-12.30 WIB. Mereka dipimpin oleh Kanit Sabhara bersama Kanit Binmas, Kanit Reskrim serta Kasi Humas.

“Alhamdulillah kegiatan berjalan dengan lancar. Kepala Sekolah mengucapkan terima kasih kepada Polisi yang berkenan untuk membantu kegiatan belajar mengajar di SDN 2 Basuhan, yang mana para guru honorer sedang melaksanakan cuti bersama dan dilakukan serentak,” kata dia.

Baca Juga :  Banjir di Perbukitan Perbatasan Wonogiri -Pacitan-Ponorogo, Berdampak di Dusun Bonggi Gambiranom dan Tinasat Gesing Kismantoro Wonogiri

Untuk diketahui aksi mogok mengajar dimulai Senin (8/10/2018) dan berakhir Rabu (31/10/2018). Aksi mogok massal secara serentak sebelumnya menyebar di media sosial.

Informasi yang dihimpun JOGLOSEMARNEWS.COM , mogok atau disebut sebagai cuti bersama merupakan bagian dari cuti mengajar/bekerja 8-31 Oktober 2018 honorer sekolah negeri seluruh Indonesia. Pada sejumlah ajakan di media sosial, tertulis, ‘Pemintaan maaf kami kepada orang tua siswa, masyarakat umum, kami tidak mengajar selama 21 hari karena sudah separuh usia kami curahkan untuk negara, tapi hingga saat ini negara tidak mengakui kebereadaan kami. Kami hanya sebagai budak modern-nya pemerintah. Maafkanlah kami, doa dari masyarakat dan warga negara untuk berempati atas keberadaan kami, dan bisa memahami kami selama ini. Hormat kami Guru Honorer/Tenaga Honorfer Sekolah Negeri,’. Aris Arianto