Pantai Parangtritis merupakan salah satu ikon wisata yang terkenal di Yogyakarta. Pantai yang terletak di kabupaten Bantul ini biasanya menggelar banyak event wisata maupun olahraga skala nasional dan internasional. Namun siapa sangka tak jauh dari pantai tersebut, bila kita menyusuri gumuk pasir di sekitarnya, kita akan menemukan sebuah taman bunga yang indah.
Taman Bunga Parangtritis namanya. Sesungguhnya area ini adalah gumuk pasir dan semak belukar yang disulap menjadi taman bunga khususnya bunga matahari dan Celosia. Hamparan bunga matahari dominasi warna kuning yang menyala, berpadu merah dan oranye Celosia menjadi pemandangan yang sempurna. Di tengah-tengahnya pun berdiri aneka spot untuk berfoto. Tengok saja ada tanda love, kupu-kupu, rumah kurcaci, hingga ayunan.
Baru enam bulan, Taman Bunga Parangtritis ini berdiri. Tak lepas dari sejumlah inisiatif warga yang ingin berupaya memberdayakan gumuk pasir dan semak belukar yang selama ini terbengkalai. Atau hanya sekadar dilewati pengunjung dan pengendara ketika hendak menuju pantai Parangkusumo. Ya, Taman Bunga Parangtritis ini berada di pinggir jalan, tepatnya jalan tembus dari Parangtritis menuju Pantai Parangkusumo atau sebaliknya dari Parangkusumo ke Pantai Parangtritis.
“Jadi, ini dulu semak-semak, gumuk gitu. Sultan ground, lantas bersama-sama, 5 orang, kami membuka lahan ini, menanaminya dengan bunga matahari dan menjadikan taman seperti ini,”terang Darsono salah satu pengelola dan penanggung jawab kepada JOGLOSEMARNEWS.COM pekan lalu
Bermodal Rp 17 juta, mereka merogoh kocek sendiri untuk mewujudkan sebuah taman bunga yang indah dan dapat menjadi obyek wisata baru sekaligus pelengkap di pantai Parangtritis. Biaya yang tidak sedikit, guna mengolah gumuk tersebut, membeli bibit tanaman, pupuk dan masih banyak lainnya.
“Untuk operasional air per hari saja habis Rp 50.000, pupuk Rp 100.000 perminggu. Kalau pupuk selama enam bulan ini sudah habis 2 truk,”kata Darsono.
Biaya operasional yang cukup tinggi itu, mau tak mau memaksa pengelola untuk mengkomersilkan taman bunga tersebut. Melalui kotak di depan pintu masuk taman, para pengunjung diberlakukan biaya masuk Rp 5000/orang. Namun diakui Darsono, jumlah ini sesungguhnya fleksibel, karena untuk anak-anak biasanya tidak akan ditarik. Bahkan untuk menikmati taman ini tidak ada pembatasan waktu, namun jam buka mulai pukul 07.00WIB-18.00 WIB. Waktu Magrib menjadi maksimal operasional taman tersebut, mengingat ketika senja sudah menghampiri area sekitar pantai gelap. Hal ini terkait dengan keamanan serta kenyamanan pengunjung.
“Tapi lewat dana ini, kami pun ingin mengajak para pengunjung agar peduli dan ikut serta dalam merawat serta mengelola tempat ini. Apalagi di sini selain bisa menikmati bunga-bunganya, selfie, bisa pula prewedding murah meriah, romantis, “tandasnya.
Tak hanya itu, biasanya setelah melihat taman yang begitu indah, timbul niat pengunjung untuk juga menanam di kediamannya. Darsono pun akhirnya turut menyediakan bibit bunga matahari dan celosia. Untuk bibit Celosia dijual Rp 25.000 per pohon, sedangkan bibit bunga matahari Rp. 7000- Rp 10.000 per pohon, atau benih per plastik Rp 5.000.
“Setiap hari bisa datang 30-70 orang, tapi paling ramai saat week end. Sabtu-Minggu, bisa dapat Rp 700.000. Semoga Taman Bunga ini bisa terus diminati dan menjadi jujugan pengunjung selain pantai. Yang sudah ke sini ya bisa cerita atau share ke medsos, agar taman ini semakin banyak dikunjungi, “harap Darsono.
Salah satu pengunjung, May yang datang bersama keluarganya dari kota Yogyakarta mengaku datang ke taman tersebut karena melihat instagram. Keindahan dan warna-warni bunga itulah yang membuatnya penasaran.
“Kan ada beberapa Taman Bunga Matahari. Nah kalau yang di pinggir pantai, baru kali ini tau. Pas ke sini juga mau sunset, jadi indah sekali,”tandasnya. Kiki Dian