Beranda Daerah Sragen 10 Lebih Nyawa Melayang di Perlintasan Siboto Sragen, Warga Terpaksa Iuran Buat...

10 Lebih Nyawa Melayang di Perlintasan Siboto Sragen, Warga Terpaksa Iuran Buat Pos Penjagaan Sendiri

Ilustrasi kondisi pikap yang hancur digasak kereta api dalam kecelakaan maut di perlintasan tanpa palang Dukuh Dempul, Gemolong, Sragen, Senin (7/5/2018) siang. Foto/Istimewa
Kondisi pikap yang hancur digasak kereta api dalam kecelakaan maut di perlintasan tanpa palang Dukuh Dempul, Gemolong, Sragen, Senin (7/5/2018) siang. Foto/Istimewa

SRAGEN- Tingginya intensitas kecelakaan maut di perlintasan rel kereta api tanpa palang pintu di Sragen membuat keprihatinan tersendiri bagi warga Dukuh Siboto, Desa Kalimacan, Kecamatan Kalijambe.

Belajar dari kejadian yang sudah banyak merenggut nyawa, masyarakat setempat akhirnya membuat pos penjagaan di pinggir rel kereta api yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Karanganyar. Langkah itu dilakukan lantaran permintaan pos penjagaan dan pintu perlintasan tak jua direalisasi oleh PT KAI.

”Pos jaga ini diadakan sudah dua bulan semenjak banyaknya kecelakaan di sini. Warga berinisiatif membuat palang pintu ini,” kata Agung Nugroho (44), warga Dukuh Siboto RT 11, Desa Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Sragen, Kamis (22/11/2018).

Agung menuturkan, warga membuat penjagaan tersebut sebagai bentuk keprihatinan terhadap banyaknya warga yang menjadi korban kecelakaan di perlintasan kereta api tanpa palang pintu.

Di sela-sela menjaga pos, dia menjelaskan, penjagaan ini dilakukan dua sip, yaitu pagi sampai sore. Sip ke dua dilakukan pada malam sampai pagi hari.

Baca Juga :  Sosok Elly Salon Pengusaha Sukses Asal Sragen Kini Mulai Buka Cabang di Belakang UMS Solo

”Kalau saya di sini dari jam 08.00 pagi sampai jam 16.00 WIB. Ada dua orang yang jaga, saya dan pak Kumaidi, warga Plosorejo,” terang Agung.

Pos penjagaan perlintasan kereta api yang dibuat swakarsa warga di Siboto, Kalimacan, Kalijambe Sragen. Foto/Wardoyo

Saat disinggung soal bayaran, Agung mengaku mendapat gaji dari sumbangan warga sekitar setiap bulannya.

”Sumbangan atau gaji dari warga itu setiap bulan per orang Rp 1.500.000, kalau untuk dua orang jadi Rp 3.000.000. Lumayan mas,” ujarnya.

Sebelumya, sebagai upaya menekan angka laka lantas di lintasan kereta api tanpa palang, Satlantas Polres Sragen telah menggagas pemasangan alarm untuk memberikan sinyal kepada pengendara yang akan melintas.

Data dari Satlantas sendiri menyebutkan, dalam kurun waktu Januari sampai November ini setidaknya terjadi 10 kecelakaan di perlintasan kereta. Paling banyak kecelakaan terjadi di jalur Solo-Semarang. Sementara di Siboto sendiri sudah lebih dari 10 korban jiwa melayang akibat tergasak kereta api. Wardoyo

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.