Beranda Info Penting Waspada, Ini Tanda-tanda Alam Sebelum Terjadi Puting Beliung alias Lesus

Waspada, Ini Tanda-tanda Alam Sebelum Terjadi Puting Beliung alias Lesus

Ilustrasi. pexels
Ilustrasi. pexels

JOGLOSEMARNEWS – Saat ini di sebagian Indonesia telah memasuki musim hujan, namun juga ada yang sedang pada musim pancaroba alias pergantian musim dari kemarau menjadi musim hujan. Pada Pancaroba ini sering disertai dengan angin puting beliung atau lesus.

Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko menyampaikan fenomena kerap terjadi di masa pancaroba alias masa transisi musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.

“Indikasi terjadinya, satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah,” ujar Hary melalui siaran pers, Kamis, (6/12/2018).

Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (kurang dari 4.5 derajat Celsius). Disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi yang ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 milibar atau kurang dari 60 persen.

Selain itu, mulai pukul 10.00 pagi sudah terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih bertumpuk). “Di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol,” ujar Hary.

Baca Juga :  Blusukan Di Gilingan, Bambang Gage Ketemu Warga Pekerja Finishing Undangan Pernikahan Singgung Peluang Kerjasama

Tahap berikutnya, kata Hary, awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cb atau Cumulonimbus. Pepohonan di sekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat.

Hary menjelaskan, biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras mendadak. “Apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita,” kata dia.

Sifat-sifat putting beliung berdurasi singkat. Radiusnya sangat lokal luasannya berkisar 5-10 kilometer. “Waktunya singkat sekitar kurang dari 10 menit,” ujarnya.

Menurut dia, puting beliung lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, atau terkadang menjelang malam hari. Bergerak secara garis lurus. “Tidak bisa diprediksi secara spesifik kapan terjadi, hanya bisa diprediksi 30 menit hingga 1 jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan kurang dari 50 persen,” kata Hary.

Baca Juga :  Respati-Astrid Kalah, Pengamat Sebut Survei Litbang Kompas Basi

Dia memaparkan puting beliung hanya berasal dari awan Cumulonimbus. “Bukan dari pergerakan angin monsoon maupun pergerakan angin pada umumnya, tetapi tidak semua awan Cb menimbulkan puting beliung dan kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama.”

www.tempo.co