SRAGEN- Merebaknya kasus demam berdarah dengue (DBD) yang berjangkit di awal tahun 2019 di Sragen makin mengkhawatirkan. Tak hanya ledakan kasusnya yang menembus ratusan, tingginya angka kasus itu juga menempatkan Sragen di urutan pertama se-Jawa Tengah.
Data yang dihimpun dari Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2) Dinkes Provinsi Jateng Rabu (22/1/2019) mencatat, hingga pekan ketiga Januari 2019, kasus DB di Sragen menduduki urutan tertinggi dari 35 Kabupaten/Kota di Jateng.
Dari laporan kasus yang masuk ke Bidsn P2 Dinker Provinsi, hingga minggu ketiga Januari, Sragen sudah mencatatkan sebanyak 236 kasus DB dengan tiga korban meninggal.
Posisi kedua diduduki Kabupaten Blora dengan 75 kasus DB disusul Kabupaten Jepara dengan 72 kasus.
Di belakangnya, ada Kabupaten Cilacap 39 kasus, Semarang 36 kasus, Kota Semarang 33 kasus, Rembang 25 kasus. Kabupaten Karanganyar yang bersebelahan dengan Sragen juga masuk 10 besar dan ada di posisi ke delapan dengan 22 kasus.
Kabid P2 Dinkes Provinsi Jateng, Tatik Muryaningsih mengungkapkan dari laporan sementara yang diterima Dinkes Provinsi, hingga minggu ketiga Januari, total ada 535 kasus DB tersebar di beberapa kabupaten dan kota. Angka tertinggi memang diduduki Kabupaten Sragen.
“Ini masih data sementara dan nanti akan terus berkembang. Sementara kalau dilihat Sragen memang yang paling tinggi,” papar Tatik saat ditemui ketika menghadiri rakor DB di Sragen.
Tatik menguraikan jila melihat tren kasus di awal tahun 2019, memang menunjukkan lonjakan drastis di banding tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya di 2016 dan 2017 angka DB di wilayah Jateng bahkan menurun drastis. Di 2018 pun juga menurun meski tak terlalu signifikan.
“Di 2019 ini, baru di awal tahun sudah tinggi. Tapi kita akan lihat nanti data total sampai akhir tahun, apakah tetap tinggi atau menurun,” urainya.
Ia menekankan khusus untuk Sragen yang sudah menyatakan KLB, salah satu penanganan yang harus dilakukan adalah dengan menggencarkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara serentak dan kegiatan jumantik atau memantau jentik satu rumah satu.
“Sudah, itu yang paling utama,” tukasnya. Wardoyo