Beranda Umum Nasional Tabloid Indonesia Barokah Bisa Untungkan Dua Capres, Ini Penjelasan Pengamat

Tabloid Indonesia Barokah Bisa Untungkan Dua Capres, Ini Penjelasan Pengamat

Ilustrasi/tempo.co

JAKARTA – Kemunculan tabloid  Indonesi Barokah yang sempat membuat heboh dinilai menyudutkan  salah satu pasangan calon presiden. Namun demikian, dari sudut pandang yang lain, munculnya tabloid itu dinilai bisa menguntungkan kedua belah pihak.

Demikian diungakapkan oleh pengamat politik dari Universitas Padjadjaran, Firman Manan. Di sisi lain, dia juatru melihat ada dampak yang bisa menguntungkan kedua capres dari tabloid itu.

“Ya, ada dua kemungkinan, kampanye negatif untuk paslon nomor dua (Prabowo-Sandi), atau justru strategi untuk membangun simpati terhadap paslon nomor dua,” katanya.

Firman telah membaca tabloid itu. Isinya, menurutnya,   berupa kampanye negatif terhadap satu calon. Namun kata dia, belum tentu calon presiden yang lain mendapat insentif.

“Karena preferensi pemilih tidak hanya ditentukan oleh satu variabel,” kata dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unpad itu.

Jadi menurutnya, peredaran tabloid Indonesia Barokah itu bukan variabel utama yang akan membentuk preferensi pemilih.

“Tapi memang bisa saja ada pandangan bahwa tabloid itu diedarkan justru untuk membangun simpati pada satu calon yang mendapatkan terpaan kampanye negatif,” katanya Minggu  (26/1/2019).

Indikator kampanye negatif di tabloid Indonesia Barokah itu misalnya isi tulisan yang menyebutkan Reuni 212 sebagai gerakan politik, lalu pembahasan tentang Prabowo yang bernuansa negatif.

Baca Juga :  Ray Rangkuti Anggap Kemenangan KIM Plus pada Pilkada 2024 di Sejumlah Daerah Wajar Karena Modelnya “Main Keroyokan”, Tapi Hambar Tak Menang di Jakarta

“Menyamakan kampanye Prabowo – Sandi dengan model kampanye Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menggunakan strategi propaganda firehose of falsehood,” ujarnya.

Pembahasan seperti itu menurutnya bukan isu baru, karena sudah banyak dibahas juga terutama di media sosial. Soal kampanye seperti Trump, Firman melihat adanya kemiripan.

“Walaupun apakah by design strategi itu diterapkan atau hanya kebetulan saja ada kesamaan, memang memerlukan pembuktian lebih mendalam,” ujarnya.

Sementara capres Jokowi dalam isi tabloid Indonesia Barokah itu dinilai mendapat porsi kampanye positif.

Sementara, pengamat media dari Program Studi Jurnalistik Unpad Dadang Rahmat mengatakan, isi tabloid itu campuran data, fakta, dan opini. Sebagian bisa dan masih ada yang perlu diverifikasi kebenarannya.

“Pembaca diterpa oleh pesan-pesan yang belum tentu benar  sebagiannya,” katanya,  Minggu (27/1/2019).

Sebagian berita yang benar seperti penobatan 10 tokoh Islam menjadi pahlawan nasional.

Menurut Dadang, cara tabloid Indonesia Barokah memperoleh informasi itu sebagian besar berasal dari berita yang sudah ada di berbagai media.

“Dalam konteks ini, itu tidak benar-benar jurnalisme, walaupun dalam konteks jurnalisme data bisa diperoleh dari media sebelumnya,” katanya.

Sebagai karya jurnalistik, berita harus memenuhi prinsip unsur jurnalistik seperti keberimbangan. Kalau tidak
berimbang cenderungnya ke kampanye negatif.

Baca Juga :  Luhut Bilang, Penerapan PPN 12 Persen Hampir Pasti Diundur

Dalam konteks politik menurut Dadang ada tiga kategori, yaitu kampanye hitam (black campaign), kampanye negatif, dan kampanye positif. Kampanye hitam dipastikan tidak benar atau perlu diverifikasi datanya. Berita kampanye negatif bisa terverifikasi tapi kemudian jadi negatif buat pihak tertentu.

“Kampanye positif itu seperti promosi, apa yang baik dan menjadi perlu dipuji, diapresiasi,” ujarnya.

Soal apakah tabloid itu menguntungkan kedua paslon, ia masih sangsi.

“Belum tentu, kan tergantung juga siapa yang diterpa informasi itu,” katanya.

Jika calon pemilih sudah kuat keyakinan memilihnya isi tabloid itu dinilainya tidak berdampak. #tempo.co