Beranda Daerah Sragen Dosen UMS Latih Guru-guru di Tanon Sragen Belajar Pembuatan Kuisioner secara Online

Dosen UMS Latih Guru-guru di Tanon Sragen Belajar Pembuatan Kuisioner secara Online

Suasana pelatihan pembuatan kuesioner online. Foto: dok
Suasana pelatihan pembuatan kuesioner online. Foto: dok

SRAGEN-JOGLOSEMARNEWS.COM ,- Para guru sering kali masih masih menggunakan metode manual berbasis kertas cetak dalam penyebaran kuesioner atau angket untuk keperluan penelitian. Seperti yang dilakukan para guru di lingkungan di semua tingkatan yang ada di Kecamatan Tanon, Sragen.

Demikian disampaikan Sukirman, ST, MT, dosen Dosen Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Beradasarkan hal itu, Sukiman mengadakan pelatihan pemanfaatan teknologi cloud bagi guru-guru di Kecamatan Tanon.

Pelatihan digelar di SMK Muhammadiyah 8 Tanon, Sragen yang dilaksanakan dalam dua hari, pada 2 dan 8 Pebruari lalu dan diikuti oleh 17 guru Muhammadiyah di Tanon dari berbagai tingkatan, mulai dari TK/PAUD, SD/MI, SMP, dan SMK.

“Teknologi cloud yang dipakai dalam pelatihan ini adalah Google Drive beserta aplikasinya, terutama Google Form. Alasan pemilihan materi ini dilatarbelakangi oleh masih kurang efektifnya penyebaran kuisioner di sekolah masing-masing karena masih manual menggunakan kertas cetak, digandakan dan disebarkan,” kata Sukirman, dalam siaran persnya yang diterima redaksi JOGLOSEMARNEWS.COM , Senin (18/2/2019).

Baca Juga :  Transformasi Lapas Sragen: Warga Binaan Pemasyarakatan Ekspor Produk Kerajinan ke Pasar Eropa dan Amerika

Padahal, lanjut Sukirman, data kuisioner tersebut harus segera diolah dan dilaporkan ke Data Pokok Pendidikan (DAPODIK). Sehingga diperlukan metode penyebaran angket yang lebih efektif dan efisien, salah satunya menggunakan Google Form.

Kegiatan yang dilakukan melalui dukungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UMS ini berbentuk tutorial dan praktek langsung membuat formulir dan kuisioner secara online serta membagikannya ke teman sejawat.

“Cara ini dipilih agar peserta dapat merasakan langsung dan bisa digunakan setelah pelatihan selesai. Antusiasme ditunjukkan oleh para peserta yang sebagian besar ibu-ibu, karena mereka menganggap materi yang disampaikan ini sangat bermanfaat dan dibutuhkan oleh institusinya masing-masing,” ungkap Sukirman. (Marwantoro)

Baca Juga :  Transformasi Lapas Sragen: Warga Binaan Pemasyarakatan Ekspor Produk Kerajinan ke Pasar Eropa dan Amerika