JOGLOSEMARNEWS.COM – Tembang Jawa Lingsir Wengi yang telah ada sejak zaman Sunan Kalijaga menjadi populer lagi di masyarakat setelah kemunculan film Kuntilanak (2006).
Dalam film tersebut dikisahkan, jika tembang lingsir wengi dinyanyikan kuntilanak akan muncul.
Tembang ini merupakan syair karangan Sunan Kalijaga sebagai penolak bala bukan lagu Kuntilanak.
(Saat menjelang tengah malam)
Sepi durung biso nendro
(Sepi tidak bisa tidur)
Kagodho mring wewayang
(Tergoda bayanganmu)
Kang ngreridhu ati
(Di dalam hatiku)
Kawitane
(Permulaannya)
Mung sembrono njur kulino
(Hanya bercanda kemudian biasa)
Ra ngiro yen bakal nuwuhke tresno
(Tidak mengira akan jadi cinta)
Nanging duh tibane aku dewe kang nemahi
(Kalau sudah saatnya akan terjadi pada diriku)
Nandang bronto
(Menderita kasmaran/jatuh cinta)
Kadung loro
(Telanjur sakit)
Sambat-sambat sopo
(Aku harus mengeluh kepada siapa)
Rino wengi
(Siang dan malam)
Sing tak puji ojo lali
(Yang kupuja jangan lupakan)
Janjine mugo biso tak ugemi
(Janjinya kuharap tak diingkari)
Tembang Lingsir Wengi menjadi populer lagi di masyarakat setelah kemunculan film Kuntilanak (2006).
Dalam film tersebut dikisahkan, jika tembang lingsir wengi dinyanyikan kuntilanak akan muncul.
Dalam kenyataannya, tembang Lingsir Wengi merupakan syair gubahan Sunan Kalijaga sebagai permohonan agar dijauhkan dari malapetaka.
Sunan Kalijaga bernama asli Raden Said.
Dia putra Adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur.
Sunan Kalijaga adalah seorang Wali Sanga yang berjasa dalam menyebarkan Islam di Jawa.
Dalam menciptakan tembang ini, Sunan Kalijaga menggunakan pakem durma (satu dari 11 lagu macapat Jawa).
Pakem durma dikenal sering menggambarkan sesuatu yang menyedihkan.
Mencerminkan suasana yang suram, sangar atau mengerikan.
Biasanya tembang lingsir wengi oleh Sunan Kalijaga sering dinyanyikan setelah sholat malam.
Tujuannya untuk menolak bala dan mencegah perbuatan makhluk gaib yang ingin mengganggu.
Selain lirik asli yang disajikan itu, ada pula Lingsir Wengi yang liriknya diubah.
Beberapa kalangan tidak menyebutnya sebagai tembang melainkan lagu berbahasa Jawa.
Sebagai lagu, dia tidak terikat pada pakem macapat.
Berikut ini Lingsir Wengi dengan lirik berbeda dan artinya:
Lingsir wengi sliramu tumeking sirno
(Menjelang malam, dirimu/bayangmu mulai sirna)
Ojo tangi nggonmu guling
(Jangan terbangun dari tidurmu)
Awas jo ngetoro
(Awas, jangan terlihat/memperlihatkan diri)
Aku lagi bang wingo wingo
(Aku sedang gelisah)
Jin setan kang tak utusi
(Jin setan kuperintahkan)
Dadyo sebarang
(Jadilah apa pun juga)
Wojo lelayu sebet
(Namun jangan membawa maut)
Setelah mengetahui tembang asli dan manfaat amalannya, Anda tidak perlu takut untuk menembangkannya.
Tembang lingsir wengi ciptaan Sunan Kalijaga bertujuan menolak bala dan menjauhkan dari gangguan makhluk gaib.
Bukan sebaliknya menjadi mantra untuk memanggil makhluk gaib.