JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Laju impor RI cukup tinggi. Meskipun barang impor berupa modal dan bahan baku, namun menurut Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, hal itu secara tak langsung mempengaruhi pertumbihan ekonomi swcara keseluruhan.
“Kondisi ini sebenarnya sangat disayangkan, karena bersamaan dengab aliran investasi yang mulaieningkat, tapi laju impor juga cukup tinggi,” ujar Perry Warjiyo.
Perry menjelaskan, tingginya impor saat ini karena sejak dulu hingga kini kalangan pengusaha terlena akibat lonjakan harga komoditas di masa lampau. Akibatnya, pengusaha cenderung mengekspor barang mentah dan lupa memproduksi barang jadi di dalam negeri.
“Lupa memproduksi dalam negeri. Sehingga saat sekarang investasi naik, impornya naik. Meski impornya bagus untuk barang modal dan bahan baku,” ujar Perry Warjiyo di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Senin (4/3/ 2019).
Menurut Perry, barang modal dan bahan baku sebetulnya bisa diproduksi di dalam negeri karena banyak sumber daya alam yang dimiliki. Dia lalu mempertanyakan impor baja padahal Indonesia punya nikel dan bahan lainnya.
Oleh karena itu, kata Perry Warjiyo, pemerintah dan BI menganggap produksi dalam negeri itu penting ditingkatkan, untuk memberi nilai tambah dari sebuah produk.
“Supaya kalau investasi naik, impornya tidak setinggi saat ini. Sehingga pertumbuhan ekonominya bisa lebih tinggi,” ujarnya.
Hal itu Perry sampaikan dalam Bank Indonesia’s Strategy to strengthen and grow Indonesia’s economy,” yang dihadiri sekitar 100 Chief Executive Officer (CEO) dan pimpinan perusahaan-perusahaan publik nasional.
Namun demikian, Perry Warjiyo menyebutkan, pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih cukup kuat terutama bila dibandingkan negara-negara lain yang tak tahan dari dampak tekanan ekonomi dunia. Akhirnya, kata dia, Turki, Brasil krisis dan Afrika Selatan hampir juga terkena.
“Alhamdulillah kita tahan. Bahkan kita tidak hanya menjaga stabilitas, tapi pertumbuhan ekonominya naik. Tahun lalu 5,17, tapi jangan dilihat itu saja, tapi komposisinya,” ujar Perry.