Beranda Umum Nasional Keluarga Korban Penculikan Masih Lebih Percaya Jokowi

Keluarga Korban Penculikan Masih Lebih Percaya Jokowi

pilpres
Ilustrasi

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Keluarga korban penculikan dan penghilangan paksa aktivis prodemokrasi 1997/1998 mengaku terpaksa menjatuhkan pilihan pada Jokowi dalam Pilpres April mendatang.

Pasalnya, bagi mereka, tidak ada alternatif lain yang lebih baik. Mereka jelas menyatakan menolak calon presiden Prabowo Subianto yang diduga terlibat pelanggaran HAM.

Di sisi lain, para keluarga korban itu sebenarnya tidak menaruh harapan besar pada calon presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi.

Utomo Rahardjo, ayah dari Petrus Bimo Anugerah misalnya, pesimistis Jokowi akan membentuk pengadilan HAM adhoc seumpama terpilih kembali menjadi presiden.

“Karena di lingkaran Pak Jokowi sendiri mereka adalah pelaku-pelaku saat itu,” kata Utomo dalam konferensi pers di Hotel Grand Cemara, Jakarta, Rabu (13/3/2019).

Jokowi selama ini dikritik lantaran mengangkat Jenderal TNI (purn) Wiranto sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Sebab, mantan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia itu diduga terlibat dalam sejumlah kasus pelanggaran HAM berat, di antaranya penculikan aktivis 1997/1998 dan peristiwa Timor Timur 1999.

Tak cuma itu, pemerintahan Jokowi juga disorot lantaran didukung oleh sejumlah purnawirawan yang diduga terlibat pelanggaran HAM masa lalu. Ada nama Sutiyoso, Abdullah Makhmud Hendropriyono, hingga Muchri Purwoprandjono. Ketiganya diduga terlibat dalam peristiwa 27 Juli 1996 dan pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib.

Baca Juga :  Kasus Polisi Tembak Polisi: Curhatan ke Ibu Belum Tuntas, AKP Ulil Sudah Terlanjur Pergi…

Selama memerintah pun, Jokowi belum kunjung merealisasikan janjinya untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM masa lalu. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia bahkan memberikan rapor merah terkait penuntasan kasus HAM selama empat tahun Jokowi menjabat presiden.

“Belum ada kemajuan yang cukup signifikan untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM,” kata Choirul dalam konferensi pers 4 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK dan Penegakan HAM di Restoran Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (19/10/2018) lalu.

Namun demikian, masih ada beberapa alasan yang mendorong mereka untuk menjatuhkan pilihan pada pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin.

 

Pertama, mereka yakin Jokowi masih mendengar suara keluarga korban. Dia pun tak meminta hal yang muluk dari pemerintah selain dukungan konkret.

“Saya percaya Bapak Jokowi masih punya mata dan telinga. Yang kami minta tidak banyak, dukungan konkret saja selama kami masih punya nafas,” kata Utomo.

Alasan kedua, karena hanya ada dua pilihan. Paian Siahaan, ayah dari Ucok Munandar Siahaan (korban penculikan), mengaku marah tiap kali bertemu dengan pihak pemerintah.

Dia juga mengaku marah saat bertemu dengan Jokowi pada 31 Mei 2018 lalu. Namun, Paian merasa tak memiliki pilihan lain.

Baca Juga :  Kenaikan PPN 12% Cekik Leher Buruh dan Picu  Terjadinya PHK

“Coba ada kandidat lain yang bisa kita harapkan, ya mungkin kami akan pilih itu,” kata Paian.

Sementara alasan ketiga, mereka khawatir tak ada harapan penuntasan kasus jika Prabowo yang terpilih. Keluarga korban aktivis yang dihilangkan paksa ini khawatir kemungkinan penuntasan kasus akan tertutup seumpama Prabowo yang terpilih menjadi presiden.

Sebab, mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu diduga terlibat secara langsung dalam penculikan dan penghilangan paksa aktivis.

Prabowo ketika itu menjadi pemimpin Tim Mawar, tim yang diduga melakukan penculikan. “Kalau Prabowo yang terpilih itu pintu tertutup,” kata Paian Siahaan.

www.tempo.co