JOGLOSEMARNEWS.COM – Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief ditangkap polisi di sebuah kamar hotel di Slipi, Jakarta Barat, Minggu (3/3/2019).
Andi Arief diduga menggunakan narkoba, saat diringkus ia sedang bersama seorang wanita.
Berikut beberapa fakta soal penangkapan Andi Arief sebagaimana dirangkum Tribunnews.com:
1. Ditangkap di hotel
Politisi Partai Demokrat, Andi Arief dikabarkan ditangkap di sebuah hotel di Slipi, Jakarta Barat, Minggu (3/3/2019).
Wasekjen Partai Demokrat ini ditangkap karena diduga mengonsumsi narkoba.
Sumber di kepolisian yang dihubungi Tribunnews hanya menjawab singkat ketika dimintai komentarnya.
“Iya nanti dirilis,” ujar sumber tersebut.
2. Ditangkap bersama wanita
Saat penangkapan, Andi Arief tak sendirian.
Tim NIC Dittipidnarkoba Bareskrim Polri juga mengamankan seorang wanita yang turut membersamai Andi Arief.
3. Diduga gunakan shabu
Andi Arief diduga baru menggunakan shabu sesaat sebelum penggerebekan.
Sabu beserta bong pun dibuang di kloset.
4. Menolak lakukan tes urine
Berdasarkan info yang didapat Tribunnews, saat ini Andi Arief berada di Mabes Polri.
Namun, Andi Arief menolak untuk tes urine.
5. Kloset hotel harus dibongkar
Dalam foto kamar hotel yang diduga tempat penangkapan Andi Arief, terlihat kloset duduk diletakkan dalam kondisi miring.
Rupanya, polisi meminta bantuan pihak hotel untuk mengambil bong yang sudah dibuang di kloset.
Sehingga, kloset tersebut terpaksa dicabut dari posisinya untuk mencari barang bukti.
6. Foto-foto kamar hotel yang diduga jadi tempat menginap Andi Arief
Saat ini, beredar juga sejumlah foto kamar hotel diduga terkait dengan Andi Arief.
Di dalam foto yang beredar tersebut, terlihat ruangan hotel yang berantakan.
Di meja kamar hotel tersebut terlihat sejumlah botol air mineral kemasan, beberapa sedotan, puntung rokok, selembar uang hingga korek api.
Terlihat juga ada sebungkus alat kontrasepsi di meja tersebut.
Di bagian ruangan lainnya seperti di kamar mandi, terlihat juga jamban atau kloset yang tercabut dari posisinya.
Informasi yang diterima, kloset tersebut terpaksa dicabut dari posisinya untuk mencari barang bukti berupa bong yang dibuang ke dalam kloset tersebut.
Profil Andi Arief
Berikut profil Andi Arief yang dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber:
Andi Arief lahir di Bandar Lampung, Lampung, 20 November 1970.
Saat ini, Andi Arief menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat sejak tahun 2015.
Andi Andi Arief pernah menjabat sebagai Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam dari tahun 2009 hingga 2014, pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Selain itu, Andi Arief pernah didapuk oleh SBY sebagai Komisaris PT Pos Indonesia.
Pada masa mudanya, AndiAndi Arief dikenal sebagai aktivis pro-demokrasi.
Andi Arief aktif di Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) yang berafiliasi dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD) pada pertengahan dekade 1990-an.
Akibat kegiatan aktivismenya yang dianggap mengancam Orde Baru, ia menjadi satu korban penculikan aktivis pada 1998.
Andi Arief diculik di Lampung, 28 Maret 1998 atau hanya dua bulan menjelang jatuhnya rezim Soeharto.
Meski demikian, Andi termasuk satu di antara aktivis yang dilepaskan.
Beberapa waktu lalu, Andi Arief sempat membuat masyarakat heboh dengan cuitan hoaks soal surat suara.
Lewat akun Twitter-nya, @AndiArief_, Andi Arief mengunggah cuitan informasi terkait adanya tujuh kontainer berisi surat suara pemilu.
“Mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer surat suara yg sudah dicoblos di Tanjung Priok.”
“Supaya tidak fitnah harap dicek kebenarannya karena ini kabar sudah beredar,” demikian twit Andi Arief.
Kicauan Andi tersebut diunggah pada pukul 20.05, Rabu (2/1/2019).
Meski saat ini twit tersebut tak ditemukan, tapi beberapa netter sempat mengabadikan cuitan Andi Arief tersebut.
Selain itu, ia juga pernah menjadi sorotan karena menyebut Prabowo Subianto sebagai Jenderal Kardus.
Andi Arief, kala itu mengatakan, Demokrat terancam batal berkoalisi dengan Partai Gerindra dan kawan- kawan.
Sebab, Prabowo dinilai mengakomodir politik transaksional dalam hal menentukan cawapresnya sehingga kesepakatan politik dengan Demokrat yang sebelumnya sudah menjadi komitmen, terancam tidak jadi dilaksanakan.
Saking kesalnya, Andi menyebut Prabowo sebagai jenderal yang lebih mementingkan uang.
Pernyataan itu ia lontarkan melalui akun Twitter pribadinya.
Bahkan, ia mengaku partainya menolak kedatangan Prabowo ke kediaman SBY pada Rabu (8/8/2018) malam.
“Padahal, untuk menang bukan berdasarkan politik transaksional, tapi dilihat siapa calon yang harus menang. Itu yang membuat saya menyebutnya jadi jenderal kardus. Jenderal kardus itu jenderal yang enggak mau mikir, artinya uang adalah segalanya,” kata Andi.