JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pasangan capres Jokowi-Ma’ruf Amin cenderung lebih dijagokan menang ketimbang rivalnya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Salah satu yang menjadi alasan adalah, Joko Widodo-Ma’ruf Amin lebih banyak berbicara gagasan dan paparan keberhasilan. Sementara rivalnya, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno masih tataran janji.
Hal itulah yang mendasari banyaknya lembaga survei dan sejumlah media asing mengunggulkan pasangan 01 untuk memenangkan pemilihan presiden 17 April 2019 mendatang.
Peneliti The Habibie Insititute, Bawono Kumoro misalnya. Dia mengatakan, selama masa kampanye ini Jokowi-Ma’ruf menyampaikan gagasan yang membuat pemilih menjatuhkan pilihan pada pasangan tersebut.
“Sangat wajar apabila hasil survei menunjukkan Jokowi selaku petahana masih unggul cukup jauh dari Prabowo Subianto,” kata Bawono di Jakarta Selasa (9/4/2019).
Sementara itu, laporan The Economist Intelligence Unit yang memprediksi Jokowi bakal menang di Pilpres 2019 menyebut tiga faktor utama di balik perhitungannya.
Pertama, Jokowi didukung oleh banyak partai politik dan legislator yang ada di baliknya. Kedua, yang mendukung kemenangan Jokowi adalah bukti keberhasilannya dalam menjaga kondisi ekonomi makro serta peningkatan pada bidang kesehatan dan edukasi serta penilaian keberhasilan Jokowi mengubah secara gradual kondisi infrastruktur nasional.
Bawono menjelaskan, Jokowi selama lima tahun terakhir sudah melakukan banyak gebrakan luar biasa yang manfaatnya bisa dirasakan tak hanya oleh masyarakat di Pulau Jawa.
“Pembangunan infrastruktur yang dilakukan massif dan pesat dapat dirasakan oleh publik secara luas, bahkan oleh warga yang tinggal di luar pulau Jawa,” tegasnya.
Karena itu, menurut Bawono, wajar jika dukungan kepada Jokowi terus mengalir mulai dari kalangan profesional, almunus kampus-kampus ternama, Ormas, hingga komunitas warga negara Indonesia di luar negeri.
Dalam hal basis dukungan, Jokowi-Ma’ruf juga didukung kelompok-kelompok yang lebih plural atau majemuk.
“Pasangan Prabowo-Sandi seperti hendak menegaskan diri sebagai pemimpin bagi satu kelompok saja. Padahal, kesan eksklusivitas dukungan yang sangat terlihat di kubu 02 bisa menjadi bumerang di tengah tuduhan politik identitas yang sering disematkan kepada Prabowo-Sandi,” sambungnya.
Terkait survei Puskaptis yang justru memenangkan pasangan Prabowo-Sandi 47 persen dan Jokowi-Ma’ruf 45 persen, menurut Bawono, masyarakat kemudian diminta untuk menilai kredibilitas rekam jejak lembaga yang mengeluarkan jajak pendapat itu sendiri.
“Kredibelitas lembaga survei ini sudah diketahui publik, bahwa tahun 2014 lalu pernah terbukti melakukan quick count dengan hasil berkebalikan dari hasil real count KPU. Jadi penting juga mengetahui kredibilitas lembaga survei karena survei ini adalah persoalan ilmiah dan akademis sehingga kredibilitas sumber harus tidak boleh ada keraguan,” pungkas Bawono.