SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Cepatnya perkembangan teknologi dan hadirnya disrupsi digital, mendorong perlunya penguatan kearifan lokal untuk diangkat ke pentas kehidupan masa kini.
Demikian ditegaskan oleh anggota Komisi A DPRD Jateng, Syamsul Bahri. Ia mengatakan itu dalam acara Media Gathering bertema Penguatan Kearifan Lokal di Era Disrupsi Digital di RM Goela Klapa, Solo, Kamis (20/6/2019) sore.
Selain itu, hadir pula sebagai pembicara Ketua Lembaga Pers dan Penyiaran Surakarta, Hari Wiryawan MA dan Isdiyanto SIP selaku Komisioner Bidang Kelembagaan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Jawa Tengah.
Lebih lanjut, Syamsul mengatakan, pemberdayaan nilai-nilai kearifan lokal tersebut sangat diperlukan dalam rangka menyongsong era disrupsi digital dewasa ini.
“Nilai-nilai kearifan lokal ini akan menjadi penyeimbang cepatnya laju teknologi,” ujarnya.
Penguatan nilai-nilai kearifan lokal tersebut, menurut Syamsul, tidak bisa lepas dari peran penting media penyiaran mainstream.
Media penyiaran masa kini, baik berupa media cetak, radio, televisi maupun media online sangat efektif untuk menyebarkan informasi dan membentuk opini masyarakat.
Syamsul mencontohkan, pada masa lalu, media penyiaran memiliki kontribusi penting dan strategis terhadap terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Radio merupakan media yang sangat dibutuhkan pada saat itu. Bung Karno setiap kali berpidato, di depannya banyak mikropon. Itulah micropon radio. Peran media radio memang sangat strategis untuk menyiarkan pesan-pesan Bung Karno untuk rakyat,” bebernya.
Begitu pula, kisah Syamsul, bung Tomo ketika menggelorakan semangat perjuangan kepada rakyat, menggunakan media radio. Media cetak pun tak kalah pentingnya untuk menginformasikan kondisi negara serta mempengaruhi opini rakyat.
Banyak media cetak yang kiprahnya cukup diperhitungkan dan menentukan hitam putihnya kondisi negara.
Untuk masa sekarang, Syamsul mengakui, hadirnya era digital tidak bisa dibendung. Kemajuan teknologi yang mewujud dalam bentuk gadget, sudah menyelusup sampai ke hampir setiap indivudi, termasuk anak-anak.
“Kita tidak bisa menghentikan kemajuan teknologi. Yang dibutuhkan adalah memunculkan dan memperkuat kembali kearifan lokal untuk dipersandingkan,” ujarnya.
Hanya dengan menggali, memperkuat dan menanamkan kearifan lokal kepada generasi muda, maka calon-calon pemimpin bangsa ini akan memiliki karakter keindonesiaan.
Jika digali, jelas Syamsul, masih cukup banyak variasi kearifan lokal yang bisa dimunculkan. Mulai dari bahasa, seni, hingga kuliner.
“Di wilayah Solo Raya ini saja. Satu istilah di Solo berbeda dengan Wonogiri, berbeda pula dengan Boyolali, Jogja hingga banyumasan. Ini adalah kekayaan. Intinya, meski berbeda, kita tetap satu,” ujarnya.
Sementara dalam bidang seni, Syamsul mencontohkan, belum lama ini pentas gamelan dilakukan di negara Rusia. Uniknya, seluruh niyaga yang memainkan adalah asli warga Rusia.
“Bagaimana dan seberapa peduli kita yang empunya kebudayaan itu memiliki kepedulian untuk nguri-uri?” ujarnya. suhamdani