SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Diskusi dan bedah buku Tan Theng Bok digelar di Balai Sujatmoko, kompleks TB Gramedia, Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jumat (20/9/2019) malam.
Dalam rilisnya ke Joglosemarnews, Titus Soepono Adji dari panitia menjelaskan, buku karya sejarawan Fandy Hutari dan kolektor perfileman, Deddy Otara itu dirangkai dengan pemutaran film Drakula Mantu.
Menurut Titus, Tan Tjeng Bok adalah maestro film Indonesia. Bintang Dardanela, putra Betawi Tiong Hoa dengan panggilan Pak Item, yang mengalami masa-masa lahirnya film di Hindia Belanda dan terus bermain film hingga menjelang tahun 80-an.
Menariknya, jelas Titus, karena dalam menyusun buku tersebut, mereka mereka melakukannya dengan cara mengamati artefak-artefak tinggalan mendiang.
“Meneliti artefak menjadi sesuatu yang unik, karena di tengah minimnya informasi tentang sejarah film di Indonesia sementara para tokoh perfilman satu persatu telah meningalkan kita,” jelas Titus.
Oleh karena itu, artefak film menjadi media yang menarik ditelisik untuk menemukan fakta-fakta yang terserak. “Karena itu, sinergi antara Fandy Hutari sebagai sejarawan dengan Deddy Otara sebagai kolektor artefak perfilman sangat menarik,” ujarnya.
Diskusi buku Tan Tjeng Bok itu diharapkan dapat memberi pengayaan. Tidak hanya mengenal kisah sang maestro, namun juga memberi wawasan mengenai proses penulisan sejarah melalui artefak perfilman.
Sebagai penutup acara, kegiatan akan dirangkai dengan pemutaran film Drakula Mantu, karya sutradara Nja Abas Akup, di mana film tersebut adalah film terakhir mendiang maestro Tan Tjeng Bok.
Bedah buku tersebut digelar berkat kerja sama Prodi Televisi dan Film ISI Surakarta dengan Bentara Budaya Surakarta (Balai Sujatmoko). suhamdani