SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Anggota DPRD Sragen, Fathurrohman melapor ke Polres Sragen, karena merasa menjadi korban kekerasan saat menghadiri kampanye Pilkades Duyungan, Sidoharjo, Jumat (20/9/2019) pagi. Anggota DPRD dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu melaporkan seseorang berinisial S, warga Duyungan yang juga salah satu pendukung calon Kades.
S dilaporkan atas dugaan melakukan kekerasan dengan menarik dari atas truk hingga baju yang dikenakan Fathurrohman sobek sepanjang 30 sentimeter.
Kepada wartawan seusai melapor di Polres Sragen, Fatur menuturkan insiden itu terjadi sekitar pukul 09.00 WIB. Di hadapan polisi, ia menceritakan kronologis kejadian bermula ketika pagi tadi ia ikut membantu kampanye saudaranya, Ali Mukhsin yang nyalon Kades di Duyungan.
Tadi pagi, merupakan jadwal kampanye Pilkades Duyungan yang diikuti oleh tiga calon Kades. Fatur ikut naik di atas truk dan berorasi yang menyampaikan imbauan soal money politik.
“Saat saya orasi di atas truk, tiba-tiba baju saya ditarik dari atas truk oleh S. Hingga baju saya sobek. Sempat mau mukul, tapi kemudian dilerai beberapa orang dan diamankan polisi. Saya langsung dipisahkan,” paparnya kepada wartawan.
Menurutnya, saat menarik bajunya, S sembari mengatakan bahwa dirinya orang luar Duyungan dan orasinya dinilai bisa membuat kisruh dan memperkeruh suasana.
Namun, Fatur merasa apa yang disampaikannya sebenarnya normatif dan hanya menyampaikan program bupati untuk mengajak masyarakat memerangi money politic di Pilkades.
“Saya itu masih kerabat Mas Ali karena mertua saya itu besanan dengan simbah Mas Ali. Jadi kalau dibilang orang luar ya nggak juga. Kemudian tidak ada aturan secara hukum yang melarang membantu saudara di Pilkades meskipun beda wilayah. Lha nyalon dari luar daerah saja boleh, masa kita mbantu nggak boleh,” paparnya.
Menurutnya langkah melapor ke polisi dilakukan agar menjadi pembelajaran bagi siapa pun untuk tidak arogan dan main kekerasan ketika menyikapi perbedaan pandangan di pesta demokrasi.
Selain itu, akibat kekerasan itu ia merasa dirugikan secara psikologis lantaran diperlakukan kasar di hadapan khalayak.
“Bukan karena saya sebagai anggota dewan, tapi perbuatan ini adalah perlakuan tidak baik dan tidak mendidik dalam berposes demokrasi. Harapan kami agar kasus itu bisa ditindaklanjuti sesuai aturan hukum yang berlaku,” tukasnya.
Ia melapor dengan didampingi saksi Bekti. Bekti menuturkan insiden kekerasan itu terjadi saat orasi dalam perjalanan menuju lokasi kampanye pertama di Kadus 1 Dukuh Jetak.
“Tadi pas Pak Fatur duduk di kendaraan truk. Pas orasi, langsung ditarik-tarik sama terlapor sambil berkata kasar. Ya kami menyayangkan, seumpama ada yang tidak cocok kan ada panitia. Kan bisa lapor panitia, nggak dengan kekerasan begitu,” tuturnya.
Semula laporan awal dilakukan di Polsek Sidoharjo. Namun karena Kapolsek dan sebagian besar personel melakukan pengamanan ke lapangan, di Polsek hanya ada kepala SPKT.
Kemudian laporan dilanjutkan ke Reskrim Polres Sragen. Setelah berkoordinasi dengan Satreskrim, akhirnya Fatur diterima melapor dan dimintai keterangan oleh penyidik.
Terpisah, saat dikonfirmasi, Kapolsek Sidoharjo Iptu Zainal Arifin mengatakan masih dilakukan konfirmasi terkait laporan itu. Wardoyo