SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Matahari mulai naik ketika Hasim Ashari, 46, kedatangan enam orang tetangga di rumahnya, Sabtu (14/9/2019). Setelah bertegur sapa sebentar di halaman, tiba dia mempersilakan rombongan ibu-ibu itu masuk. Bapak dua anak itu tak menyiapkan ruang tamu. Para tetangga yang datang dibiarkan saja memilih duduk di garasi. Hasim melakukan hal itu bukan bermaksud tak sopan. Dia sengaja memberikan ruang lapang agar ibu-ibu dapat leluasa mengemas beras organik ke dalam plastik dan karung.
Hasim merupakan Ketua Pembina Kelompok Tani Mulyo I di Desa Gentungan, Kecamatan Mojogedang, Karanganyar, Jawa Tengah (Jateng). Dia mendapat amanah dari para anggota untuk mengelola dan memasarkan produksi beras organik. Hasim memutuskan melibatkan ibu-ibu dalam proses pengemasan beras organik sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat. Diharapkan ibu-ibu yang ingin bekerja membantu perekonomian keluarga tak perlu pergi jauh dari rumah. Hasim bersyukur produksi padi organik Kelompok Tani Mulyo l masih terjaga.
Dia menyampaikan, para petani sangat terbantu dengan adanya embung yang dibangun Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) di Gentungan pada 2018 lalu. Keberadaan embung yang telah diberi nama Wisata Kampung Organik (WKO) tersebut mampu menjaga suplai air untuk puluhan hektare sawah padi organik milik petani. Hasim gembira proyek pembangunan infrastruktur yang dikerjakan Pemerintahan Presiden Jokowi menyasar daerah-daerah hingga desanya.
Dia menuturkan penyediaan embung senilai hampir Rp 1 miliar itu sangat membantu warga Gentungan yang tengah berjuang mencapai kemandirian ekonomi. Selain untuk pengairan sawah, warga pun telah berencana memanfaatkan embung sebagai tempat wisata. Warga ingin menyediakan sarana turbing yang dapat diakses umum. Menurut Hasim, warga telah memahami, semakin banyak wisatawan yang datang ke desa, maka kian untung juga warga. Warga bisa menjual beras organik, berbagai makanan olahan dari beras organik, dan lain sebagainya termasuk di bidang jasa.
“Warga kini punya semangat menjadikan Desa Gentungan sebagai desa mandiri dan desa wisata percontohan,” tegas Hasim saat diwawancarai JOGLOSEMARNEWS.COM , Kamis siang.
Hasim mencatat jumlah petani di Gentungan yang kini konsistenlipat memanfaatkan pupuk kandang mencapai 90 orang. Jumlah itu lebih banyak tiga kali lipat dibanding 2010 lalu. Para petani secara bertahap beralih menggunakan pupuk kandang karena harga jual beras organik lebih tinggi ketimbang beras biasa. Hal itu memungkinkan mereka mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Apalagi, kata Hasim, kini semakin banyak masyarakat yang berminat mengonsumsi beras organik karena alasan keamanan dan kesehatan.
“Kami saling mendukung untuk bisa konsisten memproduksi beras organik. Misalnya saja soal pupuk. Jika ada yang kehabisan pupuk kandang, sudah disepakati untuk segera meminta bantuan kepada petani lain. Terkait pemanfaatan pupuk kandang ini, kami juga tengah berusaha memproduksi biogas. Beberapa petani sudah berhasil hingga tak perlu lagi keluar uang untuk membeli gas tabung,” jelas Hasim.
Dampak positif pembangunan infrastruktur di daerah dirasakan juga oleh warga Desa Plesungan, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar. Dua tahunHal terakhir nama Sendang Plesungan semakin terdengar ramah di telinga masyarakat. Hal itu terjadi setelah Pemerintah Desa (Pemdes) Plesungan bersama warga berhasil memanfaatkan dana desa dari Pemerintah Pusat untuk membuka obyek wisata baru bernama Sendang Plesungan di lahan yang berada tidak jauh dari Balai Desa. Sendang Plesungan antara lain menawarkan wahana wisata kolam renang dewasa, kolam renang anak-anak, sepeda air, permainan edukatif anak-anak, hinggan paint ball.
Kepala Desa (Kades) Plesungan, Waluyo, mengklaim kehadiran Sendang Plesungan yang telah dipermak cantik kini setidaknya mampu menarik animo masyarakat berkujung ke Plesungan pada Senin-Jumat mencapai 200-300 orang/hari. Sedangkan pada akhir pekan bisa mencapai 700-1.000 orang/hari. Dengan jumlah pengunjung tersebut, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desaku Maju Plesungan selaku pengelola obyek wisata Sendang Plesungan mampu meraup omzet kotor senilai Rp75 juta/bulan. Meski sudah mampu meraih omzet besar, Pemdes Plesungan dan BUMDes Desaku Maju Plesungan tak mau berdiam diri terlena.
“Kami akan terus berinovasi untuk mengembangkan Sendang Plesungan. Sejumlah fasilitas yang kurang baik akan kami perbaiki. Kami juga akan mengupayakan adanya kontinuitas penambahan wahana wisata baru agarmampu menarik minat wisatawan,” jelas Waluyo diwawancarai terpisah.
Waluyo nenyebut banyak manfaat yang dapat diperoleh warga ketika Pemdes mampu mengembangkan potensi wisata daerah. Salah satunya, perekonomian warga akan terdongkrak. Beberapa warga yang mulanya kurang berdaya berubah produktif ketika dilibatkan dalam pengelolaan wahana wisata. Sedangkan warga lain bisa saja memanfaatkan kesempatan dengan membuka toko atau warung makan guna memfasilitasi wisatawan.
“Tujuan akhir dari semua ini tentu kembali lagi ke warga. Perekonomian atau kesejahteraan warga diharapkan bisa meningkat ketika Sendang Plesungan maju, ramai dikunjungi oleh wisatawan,” tutur Waluyo.
Sementara itu, di Karanganyar pada Mei lalu, telah diresmikan juga Waduk Gondang oleh pemerintah pusat untuk kesejahteraan warga khususnya para petani. Bendungan tersebut mampu menampung air hingga 9 juta meter kubik dan mampu mengairi 4.680 hektare sawah milik petani di Karanganyar serta Sragen. Waduk Gondang dibangun di Sungai Melikan (Garuda), wilayah Desa Gempolan dan Desa Ganten, Kecamatan Kerjo, dan Desa Jatirejo, Kecamatan Ngargoyoso,Karanganyar. Selain untuk mengairi sawah, pemerintah pusat mendorong pemanfaatan Waduk Gondang untuk pembangkit listrik, penyediaan air baku dan tempat wisata. Triawati PP