Beranda Umum Opini Problematika Komunikasi Orangtua dan Anak

Problematika Komunikasi Orangtua dan Anak

Ilustrasi

Komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.

Semua orang pasti melakukan komunikasi setiap hari. Komunikasi tersebut bisa dengan berbicara  secara langsung atau melalui media tertentu, seperti melalui surat, telepon, video call atau yang laninnya.

Beberapa hal tersebut merupakan bentuk nyata dari komunikasi yang sering kita lakukan. Namun bukan hanya itu, komunikasi juga dapat dilakukan dalam bentuk isyarat-isyarat tertentu, misal mengedipkan mata, mengangguk, menggeleng dan yang lainnya.

Komunikasi berasal dari Bahasa Inggris communication yang berarti sama, secara pengertian komunikasi dibagi menjadi dua yaitu komunikasi secara umum dan komunikasi menurut ahli.

Contoh Carl I Hovland, menurut pendapatnya komunikasi merupakan proses yang mungkin dilakukan oleh pembawa informasi dengan tujuan memberikan rangsangan kepada orang lain untuk mengubah perilakunya.

Menurut Everee M. Rogers, komunikasi adalah penyaluran idea atau maksud dari sumber satu ke sumber yang lain dengan tujuan mengubah tingkah laku penerima ide.

Komunikasi dilakukan dengan tujuan memberikan informasi kepada orang yang kita ajak bicara, begitu juga sebaliknya, kita berkomunikasi kepada orang lain agar mendapatkan informasi dari orang lain.

Agar dapat memahami orang lain, dengan cara melakukan komunikasi dengan orang tersebut. Jika hanya diam tanpa melakukan komunikasi, kita tidak akan memahami orang lain dan orang lain juga tidak akan memahami kita.

Agar pendapat kita dapat diterima oleh orang lain, tentu saja kita harus melakukan komunikasi atau memberikan informasi dan maksud kita dengan jelas kepada orang lain. Kita harus melakukan komunikasi dengan orang lain apabila kita ingin agar seseorang melakukan apa yang kita inginkan.

Misalkan kita ingin meminta bantuan kepada orang lain, berarti kita harus berbicara kepada orang yang bersangkutan. Biasanya jika tidak dikomunikasikan orang tidak akan peka.

Prihatin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah bersedih hati, was-was, khawatir, bimbang (karena usahanya gagal, mendapat kesulitan, mengingat akan nasibnya dan sebagainya). Menimbulkan rasa prihatin dan kesedihan yang mendalam, itulah kesimpulan arti dari pada prihatin.

Permasalahan komunikasi ternyata tidak hanya dialami oleh anak-anak yang terpisah jarak dengan orang tuanya,tetapi juga orang tua dan anak yang tinggalnya serumah. Kurangnya komunikasi membuat hubungan orang tua dan anak kurang dekat secara psikologis.

Banyak orang masih mengira kedekatan fisik saja sudah cukup, padahal perlu juga diciptakan komunikasi mendalam dengan pasangan juga anak-anak, kata psikolog Anna Surti Ariani, MSi, di Jakarta. Orang tua juga perlu ngobrol dengan anak, mendengarkan dan menjawab pertanyaan – pertanyaan  anak dengan penuh perhatian. Itulah yang dinamakan komunikasi berkualitas.

Banyak sekali peserta didik yang menyampaikan kepada gurunya, di sekolah menjadi pendiam  ternyata mereka kurang diperhatikan oleh orang tuanya, karena lebih fokus pada adiknya bahkan ada yang menyampaikan bahwa orang tuanya lebih fokus dan perhatian dengan hapenya.

Orang tua tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka juga masih butuh dimanja-manja dan didengarkan. Kurangnya komunikasi akan berdampak negatif pada perkembangan emosi anak.

Kalau keterampilan komunikasi anak menjadi kurang diasah sehingga anak lebih individualis. Mereka akan rentan untuk jadi pemberontak, terutama pada anak yang bawaannya memang keras. Bahkan ada anak yang berani melawan gurunya, padahal anak itu jelas-jelas melakukan kesalahan.

Anak yang jarang diajak komunikasi oleh orang tuaya cenderung merasa kosong dalam jiwanya sehingga mereka akan mencari orang lain untuk mengisi kekosongan tersebut.

Banyak bukti yang muncul yaitu fenomena anak-anak remaja yang mudah percaya pada orang asing di media sosial. Mereka sebenarnya butuh teman, butuh didengarkan yang mana kebutuhan itu tidak didapatkan dari orang tuanya.

Akan menjadi hal yang istimewa sekali apabila orang tua bisa melihat secara langsung perkembangan dari anaknya. Dengan menerapkan komunikasi yang efektif, baik keluarga yang terpisah maupun keluarga yang satu atap, bisa mencegah pengaruh negative terhadap perkembangan anak.

Boleh dikatakan bahwa perkembangan anak yang menjadi pengaruh yang paling besar adalah dari orang tuanya sendiri, selain pengaruh lingkungan di mana anak tersebut berada. Sebagai seorang guru yang setiap hari bertemu dengan anak yang menginjak remaja banyak sekali alasan-alasan yang disampaikan anak sehubungan dengan komunikasi dengan orang tuanya.

Tidak sedikit anak yang menyampaikan bahwa orang tua sudah sulit diajak komunikasi secara langsung. Orang tua sudah merasa lega dan puas kalau menghubungi anaknya hanya lewat hape.

Bahkan apabila anak sedang mempunyai masalah dan kebetulan membutuhkan komunikasi dengan orang tua tidak bisa secara langsung, akhirnya menggunakan hape. Orang tua tidak menyadari bahwa dengan komunikasi seperti itu malah membuat masalah menjadi panjang dan tambah rumit.

Kenapa demikian ? Karena anak akan beralih untuk komunikasi dengan orang lain yang bukan orang tuanya. Menjadi baik kalau yang diajak komuniaksi itu orang baik-baik. Bagaimana kalau yang diajak komunikasi itu justru orang yang salah?

Orang tua akan menyesal apabila mengetahui anaknya akan menjauh darinya karena memang menurut anaknya, tidak nyaman dengan orang tuanya sendiri.

Orang tua akan menganggap dan menasehati kepada anaknya dengan bernada halus (untuk menebus kesalahannya)  bahwa orang lain itu “tidak baik dan tidak benar alias hoax”.

Terus masih ditambah dengan dalil andalannya bahwa anak melawan orang tua itu dosa besar dan akan menjadi anak yang durhaka kepada orang tua. Kalau sudah begitu, saya sebagai guru merasa yakin bahwa anak akan diam.

Tetapi perlu diketahui bahwa orang tua yang melakukan kesalahan kepada anaknya lebih dari sekali, anak sudah tidak akan percaya lagi untuk selamanya. Kecuali orang tua itu sendiri bisa merubah kebiasaan “menjauh dengan anak”.

Dengan adanya pernyataan seperti tersebut di atas bisa disimpulkan bahwa sebagai orang tua yang baik pasti akan merasa lebih bahagia dan nyaman apabila bisa berkomunikasi secara langsung dengan anaknya sendiri.

Banyak orang tua yang merasa was-was atau khawatir apabila komunikasi dengan anak hanya dengan jarak jauh. Bahkan walaupun jarak dekat antara orang tua dan anak, apabila komunikasi hanya lewat hape tetap perasaan mereka tidak akan tenang.

Oleh karena itu alangkah baiknya apabila keduanya, antara anak dan orang tua  bisa berkumpul dan bisa berkomunikasi dengan baik. Karena hal itu akan mengurangi rasa keprihatinan antara orang tua dan anak. Namun demikian, bisakah mereka melakukannya?  (**)

Sri Suprapti

Guru Bahasa Jawa di Surakarta