![IMG-20191217-WA0006](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2019/12/IMG-20191217-WA0006.jpg?resize=640%2C427&ssl=1)
![](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2019/12/IMG-20191217-WA0006.jpg?resize=500%2C333&ssl=1)
SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dampak kekeringan yang melanda Sragen, memunculkan fenomena unik di Waduk Kedungombo (WKO) Sragen.
Mengeringnya waduk yang menjadi penampung air untuk tiga kabupaten Boyolali, Sragen, Grobogan itu ternyata menyisakan pemandangan memilukan.
Ya, keringnya WKO membuat bekas-bekas sejarah peradaban yang pernah mendiami WKO kembali mencuat.
Saat air waduk surut seperti saat ini, mendadak banyak perkampungan, makam, pasar dan lainnya banyak bermunculan dari dasar waduk.
Salah satu pemakaman yang berhasil ditemui yakni makam Kedung Kerang Kaliwuluh, Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.
Berjarak kurang lebih 3 kilometer, dari daratan wilayah Ngasinan menuju pemakaman di tengah pulau mengunakan Perahu mesin.
Terdapat ribuan makam manusia berserakan di tengah pulau Waduk Kedungombo, yang saat ini kondisinya sangat memprihatinkan.
Terdapat beberapa batu nisan yang masih utuh dan beberapa makam yang lainnya telah hancur terendam air. Salah satu makam yang masih utuh dan bisa dikenali adalah makam Mbah Mangun Suharjo, makam tersebut masih utuh dengan tulisannya yakni “ Tanggal 8 Bakdo Mulut 69”.
Suwarto (62) salah satu nelawan dari Desa Gilirejo Lama, Miri, Sragen saat ditemui dilokasi makam menyampaikan momen air Waduk Kedungombo surut memang sangat jarang terjadi.
Karenanya fenomena saat ini menjadi momen bagi dirinya untuk berziarah ke makan leluhur tersebut.
“Iya ini karena kemarau panjang air surut, banyak makam dan bekas kampung pada kelihatan. Sebelumnya ini terendam air kalau momen seperti ini bisa untuk nyekar dan mendoakan di loaksi makam. Ada juga warga yang memindahkan makam keluarga mereka ke temmpat lain,” kata Suwarto, Selasa (17/12/2019).
Selain itu, menurut Suwarto bekas perkampungan dan makam tengelam di Waduk Kedungombo terjadi sekitar tahun 1983 hingga 1985 air benar – benar merendam habis semuanya.
Riwayat perkampungan yang selama puluhan tahun berdiri, ditenggelamkan begitu saja.
”Penduduk sini akhirnya pada pindah semua keluar daerah dan ada juga ke Sumatera. Tergantung uang yang mereka miliki untuk pindah membeli tanah di luar Kedungombo,” jelasnya.
Meski merenggut kebahagiaan ribuan warga di berbagai desa dan kabupaten kala itu, keberadaan dengan Waduk Kedungombo juga membawa dampak yang positif maupun negatif.
Banyak warga bisa berkebun di tegal, mencari ikan dan bahkan untuk kebutuhan lainnya. Namun dampak sebaliknya banyak masyarakat yang kehilangan tanah perkampungan, sawah dan beberapa pemakaman sanak keluarga.
”Dulu sebelum tahun 83 – 85 masa kecil saya sering main di sini. Saya dari Gilirejo jalan jalan ke pasar Pilangrembes daerah seni kalau bulan puasa. Saya dan teman-teman saya beli petasan, permen dan kebutuhan lainnya disitu mas. Tapi sekarang semua tinggal kenangan tengelam di dasar air WKO,” bebernya.
Sementara itu, beberapa kampung di wilayah Sragen yang tengelam di waduk Kedungombo di antaranya Kaliwuluh, Kedung Panas, Ngeledok, Kedung Panas Pungkruk, Ngelorejo, Karangmojo, Klatak, Karangsono.
Lalu kampung Dondong, Porangan, Kelur, Ngelorok, Geneng, Serang, Klumpit, Bulakmanyar, Boyolayar. Penasaran, ingin melihat fenomena unik kemunculan makam-makam dan bekas permukiman di WKO? Wardoyo