Oleh: Begog D Winarso
Wartawan Senior
Meski PDIP Solo “digoyang” Gibran Rakabuming Raka – ia mendaftar calon wali kota lewat DPP PDIP – kontestasi Pilkada 2020 di wilayah Surakartan bakal adem-adem saja. Tak akan terjadi pertarungan sengit karena di mayoritas daerah yang muncul calon tunggal.
Kenapa begitu? Wilayah Surakartan (Kabupaten Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Klaten, Sragen dan Karanganyar serta Kota Solo) merupakan basis PDIP. Kecuali Kabupaten Karanganyar, pilkada akan digelar di enam daerah – yang kekuatan PDIP sungguh membuat partai lain akan berhitung seribu kali – jika akan mengusung calon.
Saya mencatat, PDIP Solo mengoleksi 30 kursi di legislatif, Boyolali 35 kursi, Sukoharjo 20 kursi, Wonogiri 28 kursi, Klaten 19 kursi, dan Sragen 13 kursi. Dengan komposisi itu, PDIP di enam daerah tersebut bisa mengusung calon sendiri – tanpa berkoalisi dengan partai lain. Andai partai lain semisal di Sukoharjo dan Sragen bahkan Solo mengusung calon, kans untuk menang sangat tipis.
Sekali lagi, hal itu lantaran wilayah Surakartan merupakan lumbung PDIP. Dengan demikian, calon kepala daerah yang diusung PDIP secara “matematika” politik yang menang. Kemungkinan kalah sangat tipis meski yang dilawan kotak kosong.
Prediksi saya tersebut bukan tanpa alasan. Bahwa massa PDIP terlebih di Surakartan dikenal militan dan begitu taat atas instruksi pucuk pimpinan partai, baik di pemilu maupun pemilukada. Itulah elok dan hebatnya partai pimpinan Megawati Soekarnoputri. Bisa jadi, PDIP punya jurus jitu dalam mengelola massa pendukungnya – agar taat atas semua instruksi pimpinan partainya.
Saya mencatat pula, calon kepala daerah di wilayah Surakartab, yakni Kabupaten Sragen keok di Pilkada 2016. Sedangkan wilayah lainnya seperti Boyolali, Sukoharjo, Klaten, Solo, dan Wonogiri di pilkada lalu, calon dari PDIP menang.
Kasus pilu di Sragen itu akibat faktor figur sang calon – yang tidak “disukai” massa PDIP. Mereka justru mendambakan calon yang diusung koalisi beberapa partai, yakni Yuni Kusdinar. Dia-lah yang (saat itu) tampil sebagai pemenang. * Yuni, begitu Yuni Kusdinar biasa disapa, sebenarnya kader PDIP. Tapi ia tidak mendapat rekomendasi dari DPP PDIP. Lalu, Yuni maju lewat koalisi beberapa partai. Di antaranya Gerindra dan PKS.
Di Pilkada 2020, Yuni maju nyalon lagi lewat koalisi PDIP dan PKS serta PKB. Hasil investigasi saya, Yuni yang berpasangan dengan Dedy Endriyatno (kini Wakil Bupati Sragen) yang bakal menang. Selain merakyat, Yuni oleh warga Sragen dinilai sukses memimpin Sragen.
Koalisi tiga partai itu sungguh gemuk. Di legislatif PDIP punya 13 kursi, PKS 6 kursi dan PKB 7 kursi. Total 26 kursi. Prediksi saya, calon PDIP yang akan melawan kotak kosong ada di empat daerah. Yaitu, Boyolali, Solo, Wonogiri dan Klaten. Untuk Sukoharjo calon dari PDIP – yang berkoalisi dengan dua atau tiga partai – akan dilawan calon usungan Gerindra yang berkoalisi dengan PAN dan PKS. Tiga partai ini masing-masing punya lima kursi di legislatif.
Akhir kata, sementara ini saya simpulkan Pilkada 2020 di wilayah Surakartan tidak ” meriah” alias kurang berkualitas. (*)