Doodle Art Indonesia: Wadah untuk Menyalurkan Hobi dan Emosi

    Komunitas DAI tengah menggambar bersama / dwi hastuti

    KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ternyata kegiatan mencorat-coret tidak melulu membuang-buang waktu. Bahkan sebuah coretan bisa menjadi sesuatu yang indah dan bermakna.

    Azalia Paramatatya, founder Doodle Art Indonesia (DAI) melontarkan hal itu di sela- sela acara 5th Anniversary Doodle Art Indonesia yang diselenggarakan di Palur Plaza, Sabtu (8/2/2020).

    Anya, sapaan akrab Azalia Paramatatya, mengisahkan, sejak SD dia memang suka menggambar, tetapi ia tidak bisa menggambar realis seperti manusia maupun hewan.

    “Akhirnya cuma coret-coret, setelah jadi mikir, ini apa sih sebenernya? Setelah jadi pun ini bisa dibilang karya juga, setelah cari-cari oh ini namanya doodle,” ujar Anya.

    Doodle art adalah gambar yang berupa coretan berbentuk abstrak, tidak terfokus dan dibuat secara spontan. Doole art sendiri memiliki banyak jenis di antaranya: fantasy, floral, pattern, animation dan graffiti.

    “Kita di kelas trus nyoret-nyoret bosen dengerin dosen gitu misalkan, gitu aja udah doodling kan, cuman doodle art itu gimana coretan kita itu kita bikin lebih indah dan bermakna,” imbuhnya.

    Berawal iseng, pada 7 Februari 2015 Anya membuat komunitas Doodle Art Indonesia di Instagram.

    Sebelumnya DAI hanyalah sebuah komunitas daring tanpa bertatap muka, namun seiring berjalanya waktu akhirnya para anggota komunitas mengadakan kegiatan bertemu dan menggambar bersama.

    Setelah lima tahun, kini Doodle Art Indonesia telah memiliki anak cabang sebanyak 70 regional yang tersebar di seluruh Indonesia.

    Doodle Art Indonesia merupakan wadah bagi para pecinta doodle art di Indonesia untuk berkarya, berekspresi dan membangun kepercayaan diri.

    Bagi Anya, doodling bukan hanya sebagai ajang untuk menyalurkan kreativitas, tetapi juga untuk menyalurkan emosi.

    “Misalkan kita lagi dalam keadaan hati yang emosi apalah pokoknya, lagi sedih, lagi apa, kadang aku menuangkanya disitu (doodling)” kata gadis kelahiran Jakarta tersebut.

    DAI memiliki konsep yang menarik, dimana tidak ada keanggotan resmi atau membership, hal ini karena Anya tidak ingin membuat sebuah komunitas yang mengikat.

    Jadi mereka yang tergabung dalam komunitas ini sukarela untuk berkontribusi di DAI. Doodle ART Indonesia adalah komunitas tanpa pandang bulu, semua orang bisa bergabung di komunitas ini.

    “Kita emang nggak mengharuskan, tanpa batasan skill sama batasan usia, jadi siapa aja boleh ikut,” katanya.

    Dyah Ayu, admin regional DAI Solo mengatakan bahwa membuat doodle art lebih mudah daripada membuat karya seni lainya.

    “Karena doodle art itu bebas nggak ada aturan jadi apaya, gambarnya sesuai kita, bisa coret coret sesuai apa yang kita bisa, jadi nggak harus belajar, nggak harus banget bisa lukis, lettering, atau mandala. Jadi apapun yang basic kita, itu bisa dijadiin doodle art,” katanya. dwi hastuti
    Emosi

    KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ternyata kegiatan mencorat-coret tidak melulu membuang-buang waktu. Bahkan sebuah coretan bisa menjadi sesuatu yang indah dan bermakna.

    Azalia Paramatatya, founder Doodle Art Indonesia (DAI) melontarkan hal itu di sela- sela acara 5th Anniversary Doodle Art Indonesia yang diselenggarakan di Palur Plaza, Sabtu (8/2/2020).

    Anya, sapaan akrab Azalia Paramatatya, mengisahkan, sejak SD dia memang suka menggambar, tetapi ia tidak bisa menggambar realis seperti manusia maupun hewan.

    “Akhirnya cuma coret-coret, setelah jadi mikir, ini apa sih sebenernya? Setelah jadi pun ini bisa dibilang karya juga, setelah cari-cari oh ini namanya doodle,” ujar Anya.

    Doodle art adalah gambar yang berupa coretan berbentuk abstrak, tidak terfokus dan dibuat secara spontan. Doole art sendiri memiliki banyak jenis di antaranya: fantasy, floral, pattern, animation dan graffiti.

    “Kita di kelas trus nyoret-nyoret bosen dengerin dosen gitu misalkan, gitu aja udah doodling kan, cuman doodle art itu gimana coretan kita itu kita bikin lebih indah dan bermakna,” imbuhnya.

    Berawal iseng, pada 7 Februari 2015 Anya membuat komunitas Doodle Art Indonesia di Instagram.

    Sebelumnya DAI hanyalah sebuah komunitas daring tanpa bertatap muka, namun seiring berjalanya waktu akhirnya para anggota komunitas mengadakan kegiatan bertemu dan menggambar bersama.

    Setelah lima tahun, kini Doodle Art Indonesia telah memiliki anak cabang sebanyak 70 regional yang tersebar di seluruh Indonesia.

    Doodle Art Indonesia merupakan wadah bagi para pecinta doodle art di Indonesia untuk berkarya, berekspresi dan membangun kepercayaan diri.

    Bagi Anya, doodling bukan hanya sebagai ajang untuk menyalurkan kreativitas, tetapi juga untuk menyalurkan emosi.

    “Misalkan kita lagi dalam keadaan hati yang emosi apalah pokoknya, lagi sedih, lagi apa, kadang aku menuangkanya disitu (doodling)” kata gadis kelahiran Jakarta tersebut.

    DAI memiliki konsep yang menarik, dimana tidak ada keanggotan resmi atau membership, hal ini karena Anya tidak ingin membuat sebuah komunitas yang mengikat.

    Jadi mereka yang tergabung dalam komunitas ini sukarela untuk berkontribusi di DAI. Doodle ART Indonesia adalah komunitas tanpa pandang bulu, semua orang bisa bergabung di komunitas ini.

    “Kita emang nggak mengharuskan, tanpa batasan skill sama batasan usia, jadi siapa aja boleh ikut,” katanya.

    Dyah Ayu, admin regional DAI Solo mengatakan bahwa membuat doodle art lebih mudah daripada membuat karya seni lainya.

    “Karena doodle art itu bebas nggak ada aturan jadi apaya, gambarnya sesuai kita, bisa coret coret sesuai apa yang kita bisa, jadi nggak harus belajar, nggak harus banget bisa lukis, lettering, atau mandala. Jadi apapun yang basic kita, itu bisa dijadiin doodle art,” katanya. dwi hastuti