Beranda Edukasi Pendidikan Edukasi Seksual Pada Anak, Orangtua Diajak Bersikap Jujur dan Terbuka

Edukasi Seksual Pada Anak, Orangtua Diajak Bersikap Jujur dan Terbuka

Kepala SD Marsudirini Surakarta Fransisca R Srilani (kiri) dan dr Enny Listyawati di depan orangtua siswa / joglosemarnews

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pendidikan seks untuk anak perlu dilakukan sejak dini agar anak kelak dapat memposisikan dirinya dengan benar dan sesuai dengan hati nuraninya.

Karena itu, orangtua memiliki peran penting intuk mentransfer pengetahuan tentang sesksual tersebut untuk anak-anaknya sejak awal.

Demikian dikatakan oleh dr Enny Listyawati MPH saat memberikan materi dalam acara “Sex Education & Bijak Menyikapi Virus Corona” di aula SD Marsudirini Surakarta, Sabtu (15/2/2020).

Dalam salah satu paparannya, Enny mengajak orangtua untuk tidak menggunakan perumpamaan dalam menyebut alat kelamin anak-anaknya.

Pasalnya, perumpamaan semacam “pisang”, “sosis” atau burung untuk menyebut alat kelamin laki-laki, hanya akan memunculkan imajinasi yang salah dalam frame anak.

Dalam konteks ini, orangtua dianjurkan untuk bersikap jujur dan terbuka kepada anak-anaknya dalam hal sesksualitas mereka.

“Demikian pula dengan gembok atau bakpao untuk menyebut alat kelamin perempuan. Langsung saja katakan secara medis namanya, tidak ada yang tabu. Katakan sesuai faktanya malah lebih bagus,” ujarnya.

Enny mengakui, selama ini ada anggapan yang salah tentang pendidikan seksualitas untuk anak-anak. Sejauh ini yang terlintas secara spontan untuk pendidikan seksualitas adalah mengajari “cara berhubungan seksual”.

“Padahal itu salah besar. Pendidikan seksual bertujuan agar anak memahami jenis kelamin sekaligus memahami gender dan peran gender dalam pergaulan keseharian. Kelak ini penting sebagai perencanaan ketika berkeluarga,” ujarnya.

Enny menjelaskan, bicara seksualitas secara medis lebih sederhana karena ranahnya jelas secara fisik. Masalahnya menjadi kompleks, ujar Enny, ketika sudah menyangkut masalah seksualitas secara universal atau gender.

“Sebab ini boleh dikatakan ranah abu-abu dalam konteks sosial. Misalnya, secara fisik laki-laki, tapi secara sosial seseorang bisa saja lebih nyaman jadi perempuan. Misalnya kaum LGBT yang kemarin sempat menjadi isu besar,” ujar Enny.

Diketahui, acara tersebut merupakan kelanjutan dari acara serupa sebelumnya. Jika sebelumnya yang menjadi audiens adalah seluruh siswa, kini giliran orangtua siswa, yang dilakukan secara bertahap.

Kepala SD Marsudirini Surakarta, Fransisca Romana Srilani SPd mengatakan acara tersebut sangat menginspirasi baik bagi siswa, guru maupun orangtua siswa.

Terlebih, ujar Srilani, narasumber meski tunggal mampu menyampaikan dalam bahasa anak-anak maupun bahasa secara universal.

“Apalagi ditambah dengan senam tiktok, cara mencuci tangan yang benar,” ujarnya.

Acara di hari pertama dimeriahkan dengan drama parodi singkat dari para guru, yang membuat anak-anak merasa happy selama mengikuti kegiatan.

Hadir pula mendampingi kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan di hari kedua tersebut, Ketua Komite SD Marsudirini Surakarta, Maria irena Hendriyanti dan jajaran.

Sementara Ketua Komite SD Marsudirini Surakarta, Maria Irena Hendriyanti mengatakan, kegiatan tersebut sangat positif untuk mengedukasi anak-anak maupun orangtua.

“Salah satunya agar mereka bijak dalam menyikapi isu virus corona maupun bijak menyikapi problem seksualitas,” ujarnya. suhamdani