SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Insiden berkumpulnya ribuan massa yang sebagian diduga anggota perguruan silat di Sragen, Jumat (27/3/2020) malam hingga Sabtu (28/3/2020) dinihari, menyisakan kengerian bagi Eko Suroto (57).
Betapa tidak, malam itu ia menjadi saksi bagaimana ribuan massa tersebut kemudian mengamuk menghancurkan tugu milik perguruan silat IKSPI atau Kera Sakti Sragen yang ada di jalan samping rumahnya.
Warga Kampung Bangak RT 2, Sine, Sragen itu juga melihat dengan kepala sendiri situasi mencekam kala massa melempari batu ke arah rumahnya.
Kepada wartawan Sabtu (28/3/2020), Eko menceritakan massa mulai berkumpul sejak 22.00 WIB. Semula tidak ada aksi apa-apa.
Sebelum kemudian sekitar pukul 23.00 WIB, suasana mendadak berubah mengerikan. Ribuan massa yang mayoritas anak muda itu kemudian menggempur tugu IKSPI di barat rumahnya.
Aparat kepolisian sejumlah 15 orang yang bersiaga di rumahnya pun, tak bisa berbuat banyak melihat ribuan orang itu kemudian merobohkan tugu dengan besi portal dan linggis.
“Saya kebetulan pas di rumah. Sejak sore sebenarnya kelihatannya sini sudah di-TO. Karena ada beberapa orang pakai kendaraan lalu melempari rumah kami dengan cat plastik. Lalu agak malam massa makin banyak. Kalau 1.500 orang ada. Sampai jalanan ini kebak (penuh) sampai Nglangon sana,” paparnya kepada wartawan.
Puncaknya jam 23.00 WIB itu mereka merusak tugu dengan terlebih dahulu menjebol portal besi di jalan masuk samping tugu.
Massa menggempur tugu bersimbol IKSPI itu dengan palu, besi dan linggis.
Karena situasi genting, ia langsung menyuruh istrinya, anak dan menantunya yang sedang punya bayi kecil, mengungsi ke rumah saudaranya berjarak 20 meter.
Karena depan rumah dipenuhi ribuan massa, keluarganya mengungsi lewat belakang.
“Ada Pak polisi di sini tapi cuma sedikit sekitar 15 orang. Setelah menggempur tugu, mereka mau merangsek masuk ke rumah. Saya langsung saya bilang kalau tugu itu nak nggak disenangi dan mau mbok brukno silahkan brukno. Tapi kalau rumah ini jangan, karena ini rumah pribadi perorangan nggak ada kaitannya dengan perguruan,” urai Eko.
Ia menuturkan bersamaan itu, kemudian berondongan lemparan batu dan kerikil melesak ke arah rumahnya. Ada yang kena kaca, asbes, meja di terasnya sampai hancur hingga memecahkan sejumlah genting.
Kemudian, pagar rumahnya yang sempat ditutup oleh polisi, juga dijebol paksa oleh massa hingga rusak.
Menurutnya, saat insiden berlangsung, polisi yang bersiaga di rumahnya hanya bisa melihat karena kalah dengan jumlah massa yang mencapai ribuan.
“Ada juga yang nekat lari nendang pintu teralis sampai penyok Mas,” tuturnya.
Eko mengaku tidak tahu persoalan dan alasan kenapa rumahnya ikut jadi sasaran. Padahal dirinya tidak pengurus IKSPI, anggota juga bukan.
Namun ia mengakui bahwa putranya memang ikut menjadi anggota IKSPI tapi hanya warga biasa dan tidak masuk pengurus.
“Setelah tugu dibrukne (dirobohkan) mau dibedol total nggak bisa, akhirnya mereka kesel dan bubar sendiri sekitar jam 00.30 WIB,” urainya.
Eko juga mengaku tak tahu dari mana massa itu dan kelompok apa. Sebab mayoritas tidak mengenakan atribut atau lambang perguruan silat apapun.
“Saya sempat tanya koordinatornya siapa, mereka njawab nggak ada koordinatornya. Katanya mangkat dewe-dewe gitu,” imbuhnya.
Meski ada sebagian rumahnya rusak, ia mengaku belum melapor ke polisi. Namun sepengetahuannya polisi yang bersiaga, sempat membawa barang bukti linggis besar yang sempat digunakan menggempur tugu dan tertinggal di lokasi.
Terpisah, Kasubag Humas Polres Sragen, AKP Harno mewakili Kapolres AKBP Raphael Sandy Cahya Priambodo membenarkan memang ada konvoi massa di mana-mana termasuk yang terpantau di Sine, Tegrat dan beberapa lokasi.
“Tadi malam konvoinya di mana mana mas banyak banget. Memang kita ada datanya soal pengrusakan beberapa tugu itu tapi kalau mereka nggak laporan yan kita tidak bisa menindak lanjuti. Makanya kita tunggu dulu laporannya. Termasuk yang rumah itu, juga nunggu laporannya,” paparnya.
Meski membenarkan ada ribuan massa berkonvoi, AKP Harno menyampaikan tidak sampai ada bentrok atau korban jiwa. Mereka berhasil dihalau dan dibubarkan oleh aparat dan Brimob meski sebagian harus dibubarkan pakai water canon.
“Setelah itu, situasi sudah kondusif kembali,” terangnya.
Terpisah, Ketua PSHT Sragen Cabang Sragen Pusat Madiun, Jumbadi mengatakan konvoi ribuan massa semalam, belum tentu semua adalah warga PSHT. Termasuk massa yang merusak tugu di Sine dan lainnya itu belum tentu pula dilakukan oleh warga PSHT.
Sebab sore hari sebelum konvoi, pihaknya sudah mendapat briefing dari Kapolres yang intinya sudah siap dan menaati Maklumat Kapolri untuk tidak melakukan pengumpulan massa.
Lalu juga pihaknya sudah menegaskan tidak akan menggerakkan masa dari manapun. Serta siap menaati petunjuk dan arahan dari Kapolres.
“Makanya kalau tadi malam itu massa dari mana, kami sebenarnya juga nggak ngerti. Karena nggak ada atributnya, jadi belum tentu juga itu semuanya adalah warga PSHT.
“Karena sejak sore kami sudah maksimal menghalau rombongan dari arah Solo di Gudang Dolog Masaran. Dan kami sejak sore sudah sepakat tidak akan menggerakkan massa dari manapun. Jadi kalau malamnya ada konvoi ribuan, kami juga nggak tahu dari mana karena sorenya sudah kami arahkan nggak ada pengrrahan massa” ujarnya.
Ia juga memastikan saat ini situasi PSHT sebenarnya kondusif dan tidak terjadi apa-apa. Tim JSnews