SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Tren kasus corona virus pasca pengumuman dua pasien positif oleh Presiden Jokowi kemarin, berdampak kepanikan masyarakat di tingkat bawah. Masyarakat mulai berbondong-bondong memburu masker untuk antisipasi virus korona.
Dampaknya, harga masker di Sragen melonjak gila-gilaan sampai 10 kali lipat atau 900 %. Itu pun barangnya nyaris sulit ditemui lantaran sebagian besar apotek dan kios penjualnya, ketakutan membeli karena tingginya kenaikan harga.
“Ini tadi dari pagi keliling nyari masker Mas, belum dapat. Sudah 12 Apotek di sekitar Sragen Kota, kosong semua. Padahal kami sangat butuh karena akan kunjungan industri ke Bali,” papar Anjar Putri Nurjanah (16) siswi SMKN 2 Sragen asal Mondokan saat ditemui di Apotek Ramai, Sragen Kota Selasa (3/3/2020).
Ia mengaku adanya kabar virus corona sudah masuk ke Indonesia dan adanya warga yang dinyatakan positif, memang memberi dampak kekhawatiran. Karenanya ia akan terus mencari masker berapa pun harganya.
“Ini mau keliling cari lagi sampai dapat. Harganya mahal nggak papa asalkan dapat Mas. Daripada kena (Corona Virus),” terangnya.
Sayangnya, pencairan Anjar pun belum menemui hasil. Apotek Ramai Sragen juga sudah hampir dua pekan nihil stok masker.
Tingginya harga dari distributor dan kenaikan harga yang ugal-ugalan membuat pihak apotek memilih tidak menjual masker untuk sementara waktu.
Apoteker Penanggungjawab Apotek Ramai Sragen, Mita Ayu Ambarsari mengatakan kekosongan stok masker di apoteknya sudah berlangsung sejak dua pekan lalu.
Hal itu terjadi karena harga masker yang mengalami kenaikan terlalu tinggi dari pemasok. Menurutnya saat ini, harga satu boks masker biasa warna hijau isi 50 lembar, sekarang dari pemasok sudah dibanderol Rp 300.000.
Padahal biasanya satu boks paling mahal hanya Rp 50.000. Harga eceran masker saat ini juga menyentuh Rp 10.000 perlembar. Sementara harga normal biasanya hanya Rp 1.000 perak saja perlembar.
“Sudah dua minggu kami nggak nyetok, nggak berani harganya sudah sangat mahal Mas. Ada yang nawari tapi harganya sudah di atas Rp 300.000. Bijiannya sekarang Rp 10.000, padahal biasanya cuma Rp 1000. Takutnya kalau kulakan nanti pasarnya nggak mau gimana, karena harganya memang naik tinggi,” paparnya ditemui di apotek.
Mita menguraikan lonjakan permintaan masker sebenarnya sudah berlangsung sejak dua pekan lalu. Lonjakan itu makin meningkat sejak kemarin pemerintah mengumunkan temuan dua kasus positif corona virus.
“Banyak yang nanyakan Mas. Sepagi ini saja sudah ratusan yang mau beli tapi karena kami nggak punya ya akhirnya balik. Sebenarnya mereka mau berapa pun harganya, tapi kaminya yang nggak ada barang. Kalau ada pesanan saja dan harganya mau, baru kami carikan,” tuturnya.
Senada, kekosongan stok juga terjadi di Apotek Surya Husada Sragen. Pemilik apotek, Widuri mengatakan sudah sejak tiga minggu tidak menyetok atau kulakan masker karena harganya sudah naik sangat tinggi.
“Biasanya satu boks Rp 35.000 isi 50, ini tadi ditawari harganya sudah Rp 325.000. Naiknya bertahap dan tiap hari naik sampai akhirnya sekarang jadi segitu. Kalau kami hanya menjual, harga yang menentukan distributor sana. Kalau dari sana sudah naik segitu, ya kami menyesuaikan. Karena naiknya sangat tinggi, kami nggak berani menyetok. Kalau ada yang pesen dan harganya mau sesuai harga yang ada, ya baru kami carikan,” paparnya.
Widuri juga mengakui, sejak adanya kabar wabah corona virus dan terakhir ada kasus positif di Indonesia, aliran warga yang memburu masker memang melonjak drastis.
Bahkan hari ini tadi, seprngetahuannya sudah ada lebih dari 200 pengunjung yang datang hendak membeli masker namun terpaksa balik karena memang apoteknya tidak punya stok.
“Kalau stoknya, biasanya dikirim dari Karanganyar. Kadang juga ada sales datang. Tapi sejak harganya naik itu, kami sudah nggak berani jual. Takut nggak laku karena harganya sangat mahal,” tukasnya. Wardoyo