![IMG20200308094345-816x612](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2020/03/IMG20200308094345-816x612-1.jpg?resize=640%2C480&ssl=1)
![](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2020/03/IMG20200308094345-816x612-1.jpg?resize=500%2C375&ssl=1)
SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ratusan petani dari wilayah Desa Patihan, Kecamatan Sidoharjo dan sekitarnya memadati lokasi panen raya padi di Dukuh Gondangan, Patihan, Sidoharjo yang dijadikan demplot produk zat perangsang tumbuh (ZPT) Atonik.
Produk perangsang cair keluaran PT Oat Mituko Agrio itu diklaim mampu meningkatkan produktivitas tanaman padi hingga 30 persen.
Panen raya sekaligus sosialisasi produk Atonik itu juga dihadiri petinggi PT Oat Mituko Agrio dari Jepang, tokoh-tokoh setempat, hingga petani dari berbagai kelompok tani di Desa Patihan dan sekitarnya.
Manajer Sales dan Marketing PT Oat Mituko Agrio, Edin Saefudin mengatakan ZPT Atonik sebenarnya produk lama yang sudah tidak asing bagi petani. Namun selama ini, di kalangan petani lebih banyak digunakan untuk tanaman hortikultura.
Melalui demplot dan sosialisasi kali ini, pihaknya memperkenalkan Atonik yang juga efektif untuk mendongkrak pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi.
Hal itu dibuktikan dari hasil ubinan pada tanaman padi di demplot Dukuh Gondangan, Patihan, Sidoharjo yang barusaja dipanen tadi pagi.
Hasilnya dari ubinan 2 x 2 meter, hasil padi di lahan menggunakan Atonik mampu menghasilkan gabah 6,24 kilogram.
Sedangkan ubinan di lahan kontrol atau yang tidak pakai Atonik, hanya 4,28 kilogram. Sehingga ada selisih 1,96 kilogram dari yang tidak pakai dengan yang menggunakan Atonik.
“Ini bukti nyata bahwa produk ZPT Atonik ini mampu meningkatkan produktivitas padi hingga 30 persen. Perbedaannya terlihat sangat jauh,” paparnya ditemui di sela acara panen raya dan sosialisasi di Patihan.
![](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2020/03/IMG-20200308-WA0009.jpg?resize=500%2C231&ssl=1)
Edin menguraikan produk Atonik sebenarnya sudah ada sejak 40 tahun lalu. Namun seiring dengan perkembangan dan tuntutan di lapangan, saat ini produknya terus dilakukan pembaruan.
Penggunaannya juga sangat hemat karena hanya tiga kali penggunaan. Yakni pada saat padi berumur 30, 45 dan 60 hari setelah tanam. Dosis pemakaian juga sangat irit yakni 2 ml per liter air.
“Perbedaan juga bisa dilihat secara kasat mata. Dari pertumbuhan, tinggi tanaman juga lebih tinggi dan warna daun lebih hijau. Anakan juga lebih banyak, pembungaan lebih sempurna dan malai sampai ke ujung pangkal serta gabah bernas lebih banyak. Tentu saja, hasil akhirnya produksi padinya juga lebih tinggi,” terangnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan Atonik bukan jenis pupuk, akan tetapi zat perangsang tumbuh. Fungsinya mendorong pertumbuhan tanaman padi dan elemen pendukungnya sehingga akan memacu produksi tanaman.
![](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2020/03/IMG_20200308_130157.jpg?resize=500%2C308&ssl=1)
Adanya demplot dan panen raya, adalah sarana untuk menunjukkan secara riil kepada petani. Menurutnya sosialisasi dan demplot di Patihan Sidoharjo itu merupakan yang pertama kali di Sragen.
“Harapan kami dengan hasil yang meningkat, petani bisa tergerak untuk memakai produk ini. Karena memang bisa meningkatkan hasil sehingga kesejahteraan petani bisa meningkat,” tandasnya.
Kades Patihan, Tri Mulyono mengapresiasi wilayahnya yang dipilih sebagai demplot untuk produk Atonik.
Mewakili petani dan warga, pihaknya berterimakasih lantaran dari demplot itu memang menunjukkan ada peningkatan signifikan dari produktivitas padi.
Sosialisasi produk itu juga dinilai sangat membantu wawasan petani bagaimana meningkatkan produktivitas pertanian. Terlebih, hampir 70 persen mata pencaharian warga di Patihan adalah petani.
“Adanya produk ini sudah kelihatan hasilnya dan sangat membantu petani berkaitan dengan hasil yang diperoleh juga bisa meningkat. Dari pembibitannya juga sudah kelihatan dan bisa dibedakan, pada umur yang sama, yang pakai produk Atonik pertumbuhannya lebih bagus. Hasil ubinan juga selisihnya cukup tinggi,” tuturnya. Wardoyo