SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati kembali mengimbau warga untuk menaati anjuran diam di rumah dan jaga jarak di tengah situasi pandemi corona saat ini.
Pasalnya, pageblug wabah corona diprediksi masih akan meningkat dengan puncaknya terjadi di bulan Mei-Juni nanti. Hal itu disampaikan Bupati Yuni saat memberikan pemahaman dan penekanan tugas relawan dan tim Satgas Covid-19 Desa Kandangsapi, Jenar, Jumat (10/4/2020).
Di hadapan puluhan anggota Satgas Covid-19 Kandangsapi, ia menyampaikan wabah corona di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Saat ini bahkan angka kematian di Indonesia menjadi juara kedua di dunia.
“Angka kematian covid-19 di dunia hanya 3 persen. Tapi di Indonesia 8 sampai 9 persen dan juara kedua di dunia. Padahal prediksi dari BPNB, puncaknya baru bulan Mei-Juni. Makanya kalau kita nggak mau taat anjuran, nanti kita nggak akan bisa puasa, nggak bisa lebaran. Wis ra iso tarawih di masjid, tarawihnya di rumah masing-masing. Wis ora iso sungkem wong tuwa. Endah sedihe,” paparnya.
Atas kondisi itu, ia meminta agar Satgas Covid-19 dan RT bisa lebih tegas dalam melakukan tugas pantauan terhadap pelaku perjalanan (PP) di wilayahnya.
Kemudian warga juga sebisa mungkin lebih taat dengan lebih baik diam di rumah, selalu cuci tangan, jaga jarak dan jika sangat terpaksa harus keluar rumah maka harus memakai masker.
“Ikhtiar sama doa harus jalan. Sy ingin pastikan kebijakan pemerintah ini bisa jalan. Kalau kita disiplin, Insya Allah tidak terjadi puncak. Tapi nek nggak disiplin, ya bisa terjadi puncak itu,” terangnya.
Bupati yang juga Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 itu menjelaskan Pemkab sudah menganggarkan pembelian 1 juta lembar masker untuk dibagikan ke warga.
Lalu memberikan stimulan 11.000 liter cairan desinfektan untuk disemprotkan ke semua wilayah desa. Semua ikhtiar itu tak akan banyak berarti ketika pola pikir dan kedisiplinan warga untuk menjaga social dam physical distancing tak dijalankan.
“Makanya kami sangat berharap Satgas Covid-19 yang sudah terbentuk di 196 desa dan 12 kelurahan tu jangan hanya memastikan para pemudik melakukan karantina mandiri. Tapi mereka juga harus ada divisi untuk sosialisasi untuk pengawasan orang- orang yang berisiko tinggi agar tetap diam di rumah,” tegasnya.
Ia meminta sosialisasi tidak hanya berhenti di tingkat desa. Tapi di tingkat RT pun, Satgas harus rajin keliling mengawasi warga, tidak boleh kumpul- kumpul, jaga jarak, diam dirumah, pakai masker dan cuci tangan.
“Satgas kami minta juga berkolaborasi dengan bidan desa untuk mengawasi orang- orang risti atau beresiko tinggi. Seperti usia di atas 60 tahun, ibu hamil, anak-anak, orang yang punya penyakit ikutan itu harus dijaga. Kalau diem di rumah ya harus di rumah. Biar anak-anak muda yang keluar rumah cari makan. Yang sepuh di rumah aja. Ini demi kebaikan bersama agar corona ini segera sirna,” tandasnya. Wardoyo