JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Setelah Merapi yang sebelumnya mengalami erupsi di tengah pandemi virus corona, giliran Gunung Anak Krakatau mengalami hal yang sama, Jumat (10/4/2020) pukul 21.58 WIB dan pukul 22.35 WIB.
Sehari berikutnya, Sabtu (11/4/2020) terdengar dentuman keras, yang menurut dugaan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), berasal dari gunung anak krakatau tersebut.
“Pak Surono, pakar vilkanologi sudah mengonfirmasi itu suara erupsi Gunung Anak Krakatau, seperti dugaan kami semula,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat dihubungi pada Sabtu, 11 April 2020.
Erupsi itu kemudian dianalisa menggunakan monitoring seismik. Dari hasil monitoring kegempaan yang dilakukan oleh BMKG, menunjukkan bahwa sensor BMKG tidak mencatat adanya aktivitas seismik.
Namun,ada satu hal menarik terkait hasil monitoring seismik oleh BMKG. Di mana pada pukul 22.59 hingga 23.00 WIB, beberapa sensor seismik BMKG baik eksisting dan sensor baru yang dipasang tahun 2019 mencatat adanya gempa di Selat Sunda dengan sangat baik.
Sensor seismik BMKG tersebut adalah (1) CGJI (Cigeulis, Banten), (2) WLJI (Wonosalam, Banten), (3) PSSM (Pematang Sawah, Lampung), (4) LLSM (Limau, Lampung), (5) KASI (Kota Agung, Lampung), (6) CSJI (Ciracap, Jawa Barat), dan (7) KLSI (Kotabumi. Lampung)
Hasil analisis BMKG terkait gempa tersebut menunjukkan telah terjadi gempa tektonik di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4 episenter terletak pada koordinat 6,66 LS dan 105,14 BT tepatnya di laut pada jarak 70 km arah Selatan Baratdaya G. Anak Krakatau pada kedalaman 13 km.
“Terkait suara dentuman yang beberapa kali terdengar dan membuat resah masyarakat Jabodetabek, maka sejak tadi malam hingga pagi hari ini pukul 06.00 WIB hasil monitoring BMKG menunjukkan tidak terjadi aktivitas gempa tektonik yang kekuatannya signifikan di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Prov. Banten,” ucap Dwikorita.
Meskipun ada aktivitas gempa kecil di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB, kata Dwikorita, tetapi gempa ini kekuatannya tidak signifikan dan tidak dirasakan oleh masyarakat.
“Alhasil, BMKG memastikan bahwa suara dentuman tersebut tidak bersumber dari aktivitas gempa tektonik,” kata Dwikorita.