SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sudah hampir sepekan lebih, pesanan alat, perangkat dan bahan untuk penanganan corona virus atau covid-19 di Sragen belum juga ada.
Padahal dari hari ke hari, jumlah pelaku perjalanan (PP) dan orang dalam pemantauan (ODP) yang harus dipantau, makin meningkat.
Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyampaikan pengadaan perangkat dan alat itu memang menjadi problem tersendiri.
Sebab miliaran dana yang sudah digelontorkan untuk belanja memesan alat-alat itu hingga kini belum juga datang barangnya.
“Angaran yang hampir Rp 2,5 miliar sekian itu sudah kita gunakan belanja untuk beli masker, Alat pelindung diri (APD), thermo gun, hand sanitizer dan masker. Tapi sampai sekarang barang yang kita order belum juga datang karena barangnya juga sulit,” paparnya kepada wartawan kemarin.
Padahal saat ini, menurutnya di rumah sakit swasta juga sudah mulai kekurangan peralatan khususnya APD. Bupati Yuni menyebut sampai hari ini pun juga belum ada.
“Minggu depan baru bisa datang, padahal dalam waktu satu pekan ini sudah ada orang yang ada diisolasi. Sehingga baik semua anggaran infrastruktur diberhentikan semua anggaran apa pun dihentikan, kita fokuskan untuk penanganan ini (covid-19),” tuturnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen, Hargiyanto menyampaikan informasi yang diterimanya, untuk pesanan APD akan tiba antara tanggal 4-6 April mendatang.
Pun dengan thermo gun dan masker juga dikabarkan akan tiba pada tanggal itu juga. Jumlah APD yang dipesan sekitar 1.500, untuk thermo gun 80 orang dan masker secukupnya.
“Semua akan tiba dalam minggu depan antara 4-6 April. Untuk desinfektan 11.000 liter sudah tiba dan didistribusikan kemarin itu,” tuturnya.
Sementara, berdasarkan data update penanganan covid-19 yang dirilis Pemkab Sragen Rabu (1/4/2020) pukul 17.00 WIB, jumlah PP atau warga Sragen yang baru pulang dari luar kota tercatat mencapai 7.449 orang.
Jumlah ini meningkat 1.298 orang dari hari Senin (30/3/2020) yang tercatat 6.151 orang. Setali tiga uang, jumlah orang dalam pemantauan (ODP) juga meningkat dari 106 orang Selasa (31/3/2020) menjadi 117 orang atau bertambah 11 orang.
Sementara untuk jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) yang masih diisolasi dan dirawat masih stagnan di angka tiga orang. Satu kasus PDP meninggal masih menunggu hasil lad dan dua PDP lainnya dinyatakan sembuh.
Ketua Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Sragen, Tatag Prabawanto mengatakan lonjakan PP itu karena memang banyak pemudik dari kota-kota besar dan Jabodetabek yang tiba di Sragen karena di kota mereka bekerja sudah menerapkan semi lockdown.
Untuk tiga PDP yang saat ini masih diisolasi di RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen dan RSUD Gemolong, semua dipastikan dalam kondisi sehat dan baik.
Untuk satu PDP yang meninggal hingga kini masih menunggu hasil lab. Meski demikian, hingga kini ia memastikan belum ada kasus positif covid-19 di Sragen.
“Kami meminta semua pendatang atau pemudik yang baru tiba dari luar kota, harus melapor dan periksa ke Puskesmas. Sehingga bila ada gejala bisa terdeteksi dan ditangani. Lalu ada gejala atau tidak, semua pendatang atau PP yang baru pulang dari perjalanan luar kota maupun ODP, harus isolasi mandiri selama 14 hari di rumah. Ini demi kepentingan dan keamanan bersama,” paparnya.
Di sisi lain, anggota Komisi IV DPRD Sragen, Fathurrohman meminta Pemkab, Puskesmas hingga Pemdes lebih meningkatkan pengawasan terutama terhadap Pelaku Perjalanan (PP) yang baru pulang dari luar kota yang berstatus zona merah.
Selain itu, gelombang kepulangan TKI dari luar negeri yang sudah tiba dan didiprediksi akan tiba dalam waktu dekat juga harus diantisipasi.
“Karena tiap hari jumlah PP di Sragen makin meningkar signifikan. Ini harus menjadi perhatian semua pihak. Harapan kami pengawasan PP zona merah dan TKI itu diperketat sampai ke bawah. Jangan sampai ledakan kepulangan mereka dalam waktu dekat itu tidak terpantau sehingga berpotensi meningkatkan kasus covid-19,” tandasnya. Wardoyo