Beranda Daerah Semarang Penolakan Jenazah Pasien Covid-19, Gubernur Ganjar Sebut Tak Bisa Lagi Ditoleransi!

Penolakan Jenazah Pasien Covid-19, Gubernur Ganjar Sebut Tak Bisa Lagi Ditoleransi!

Ganjar pranowo. Foto/Humas
Ganjar pranowo. Foto/Humas

SEMARANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan pentingnya komunikasi untuk menghindari adanya penolakan jenazah pasien Covid-19. Dalam hal ini, adalah komunikasi yang dilakukan beberapa pihak terkait, seperti dokter, ulama, mahasiswa, psikologi, kepala desa, perangkat desa, dan lainnya.

Hal itu disampaikan Ganjar saat melakukan live Instagram di akun @klikdoktercom yang dipandu dr M Dejandra Rasnaya. Mengangkat tema Stop Tolak Jenazah Pasien Covid-19 Bersama Ganjar Pranowo, Dejandra menyinggung kejadian penolakan warga terhadap jenazah perawat yang meninggal karena Covid-19 belum lama ini.

“(Padahal) Ketika sudah mati, maka virusnya tidak akan menular. Ketika keluar pun tidak akan menyebar ke tanah, atau menyebar ke mana saja. Harusnya tidak ada lagi penolakan jenazah,” kata Dejandra.

Ganjar menyampaikan, dalam kasus penolakan jenazah Covid-19 di Ungaran itu, ada protokol yang perlu diperbaiki. Termasuk siapa saja yang meninggal. Namun yang perlu diperbaiki adalah komunikasi. Hal tersebut penting dilakukan, meski diakuinya soal penolakan jenazah perawat tersebut tidak bisa lagi ditoleransi, mengingat hal itu merupakan kali kedua terjadi di Jateng, setelah sebelumnya terjadi di Banyumas. Maka di kasus yang terakhir, Polda diminta turun tangan untuk menangani hal itu.

Ganjar menekankan, seluruh rumah sakit rujukan di Jateng, telah melakukan prosedural dalam penanganan pasien Covid-19 yang meninggal dunia, sesuai ketentuan Kemenkes. Selain itu juga sudah sesuai prosedural syari seperti yang disampaikan oleh tokoh ulama, dan medis dari RSUP dr Kariadi Semarang. Ganjar mengaku telah melakukan sosialisasi hal itu melalui akun media sosial, dan lainnya.

Baca Juga :  Guru Sekolah di Jepara Diserempat Lalu Ditembak Saat Akan Menjemput Anaknya

“Kita ajak pakar menjelaskan, menyampaikan virus mati ketika inangnya mati. Kita ajak kades, perangkat desa, ulama, agar semua tahu supaya jangan terulang lagi. Ini bukan hanya soal virus, ada soal agama,  soal sosial, kultural. Jenazah tidak bisa protes, karena sudah mati. Kita yang hidup mesti bertanggung jawab. Ada hukum agamanya, sehingga ke depan saya agak cerewet,” imbuhnya.

Ganjar mengakui jika selama ini sudah melakukan sosialisasi. Hanya, memang cakupan, dan intensitasnya yang mesti ditambah. Dia pun meminta kepada mahasiswa kedokteran, kesehatan, dan psikolog untuk bersama menjelaskan dan menyebarkan soal virus yang sudah mati ketika inangnya mati. Sehingga masyarakat tidak keliru dalam meresponnya.

“Itu PR saya, bisa menggerakkan agar masyarakat tahu,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Ganjar juga menyampaikan pentingnya menjaga kesehatan. Sebab garda terdepan adalah masyarakat itu sendiri, dengan menjaga kesehatan dan berperilaku hidup sehat. Sedangkan dokter atau rumah sakit, merupakan garda terakhir. Maka diusahakan agar masyarakat tidak sampai ke rumah sakit. Cukup dengan menjaga kesehatan.

Pihaknya berpesan kepada masyarakat untuk terus menyosialisasikan perilaku hidup bersih sehat dan menjaga kesehatan, termasuk melalui tempat ibadah. Masyarakat diminta tidak nyinyir sebab hal itu justru tidak menyelesaikan masalah.

Baca Juga :  Wakil Ketua DPRD Jateng Sepakat Tak Ada Pembatasan Pasokan Susu dari Peternak ke Industri Pengolahan. Tata Kelola Produksi Juga Diperbaiki

“Jangan nyinyir. Nyinyir tidak menyelesaikan masalah. Hati nggak sehat dengan nyinyir,” ungkapnya.

Gubernur juga meminta warga Jateng yang ada di Jakarta atau daerah Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan lainnya untuk tidak melakukan perjalanan mudik. Sebab itu untuk menghindari penularan Covid-19. Tidak sedikit dari warga Jateng yang menyanggupi tidak akan melakukan perjalanan mudik tahun ini.

“Saya bilang jangan mudik, sakitnya apapun, jangan mudik. Sekarang mungkin tidak ada gejala. Tapi nanti ingin ketemu orang tersayang, carrier, mungkin akan menular ke yang rentan. Kelompok rentan seperti orang tua, bayi,” tandasnya. Edward