SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pandemi virus Corona memberi duka bagi kalangan nelayan petani karamba di Sragen.
Ratusan petani karamba di Waduk Kedung Ombo (WKO) di wilayah Kecamatan Sumberlawang, Sragen menangis lantaran omzet mereka anjlok hampir separuh lebih.
Sepinya permintaan pasar menjadi pemicu anjloknya omzet hingga mereka kesulitan menjual panenan dalam sebulan terakhir.
Salah satu petani karamba di Desa Ngargotirto, Sumberlawang, Sumadi mengatakan saat ini kondisi pertanian keramba sangat terpukul sejak pandemi corona melanda.
Menurutnya, banyak konsumen yang menurunkan permintaannya bahkan konsumen dari luar daerah hingga Bali sudah menyetop permintaan.
“Benar-benar stop, saat ini petani karamba menangis,” paparnya Selasa (14/4/2020).
Sumadi yang juga ketua Kelompok Petani Keramba Temu Karya ini mengungkapkan, turunnya permintaan konsumen ini membuat petani kesulitan menjual hasil panen ikan budidayanya. Dampaknya, petani hanya bisa menjual tak lebih dari separuh penjualan pada hari biasa.
Menururnya, semua petani karamba mengeluhkan hal yang sama. Ia menyebut anggota kelompoknya ada 115 petani dengan jumlah keramba mencapai 4 ribu petak.
“Jika total penjualan harian bisa mencapai 6 ton, sekarang ini tak lebih dari 3 ton saja. Saya sendiri punya 40 keramba,” urainya.
Sumadi menuturkan anjloknya permintaan dikarenakan kebijakan pemerintah untuk melakulan social dan physical distancing dalam upaya mengatasi pandemi virus Corona.
Upaya itu ternyata membuat banyak warung makan maupun restoran yang mengurangi stok atau bahkan menutup sementara usahanya.
“Ya karena banyak resto tutup, ataupun dibatasi oleh pemerintah. Hajatan maupun pertemuan-pertemuan warga juga banyak dibatalkan. Kita biasa menjual ke Bali, Surabaya, Semarang dan kota-kota lain. Hampir semuanya drop permintaan,” imbuhnya.
Parahnya lagi, anjloknya permintaan
diikuti dengan melemahnya harga jual ikan. Harga ikan nila yang semula berkisar Rp 27 ribu per kilogram, turun hingga Rp 22 ribu per kilogram.
Sementara ikan mas turun menjadi Rp 20 ribu per kilogram, dari harga normal Rp 26 ribu per kilogram. Kondisi ini diperparah dengan harga pakan yang naik sekitar Rp 225 per kilogram.
“Kita hanya bisa mencoba bertahan dengan mengurangi jumlah pakan. Kalau sepekan biasa menghabiskan 100 sak, sekarang dipakai untuk dua pekan. Resikonya memang ikannya kurang gemuk, pertumbuhannya lambat tapi setidaknya petani bisa bertahan,” papar Sumadi.
Lesunya pasar ini diakui oleh Ali Syaban, salah satu pedagang ikan yang biasa membeli stok ikan budidaya petani keramba di Desa Ngargotirto.
Ali yang kesehariannya berjualan ikan di Pasar Kobong Semarang dan Pasar Sayung Demak ini mengungkapkan, permintaan konsumen memang mengalami penurunan sejak pandemi Corona melanda.
“Kondisinya pasar lesu. Kita mengakalinya ya mengurangi stok. Kalau biasanya ambil Nila 12 kuintal, sekarang paling ambil 8 kuintal. Kalau Patin biasa ambil 8 kuintal, sekarang cuma ambil 4 kuintal saja,” ujar Ali.
Terpisah, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen, M Djazairi mengaku sudah mengetahui kondisi para petani keramba Waduk Kedung Ombo tersebut. Pihaknya mengaku sedang melakukan pendataan para petani keramba yang terdampak pandemi Corona.
“Kita sedang lakukan pendataan. Kalau menurut catatan kita total ada sekitar 890 petani keramba yang tercatat. Saat ini sedang kita pantau kondisinya,” terangnya. Wardoyo