SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sebuah Alquran berukuran besar dan diyakini merupakan peninggalan zaman kerajaan Demak awal, ternyata ada di Sragen.
Sempat puluhan tahun tersimpan, alquran hasil tulisan tangan itu kini diwakafkan ke Masjid Raya Al-Falah Sragen.
Alquran itu berukuran 1 x 1,5 meter dengan sampul dari kulit. Pantauan JOGLOSEMARNEWS.COM , kitab suci berukuran besar itu diletakkan di sebuah lemari kaca berukuran besar di ruang depan Masjid terbesar di Sragen itu.
“Iya, Masjid Raya Al-Falah kemarin telah menerima Alquran kuno tulisan tangan dari KRMT Seto Nugroho. Alquran itu disampaikan merupakan peninggalan zaman Joko Tingkir atau awal berdirinya Kerajaan Demak,” papar Direktur Operasional Masjid Raya Al-Falah Sragen, Eko Wijiyono Selasa (5/5/2020).
Pria yang akrab disapa Gus Kowi itu menuturkan Alquran raksasa berukuran 1 x 1,5 meter itu memang menjadi salah satu peninggalan fenomenal kerajaan Islam awal di Pulau Jawa.
Alquran itu memiliki nilai keagungan tersendiri lantaran sampulnya dari kulit.
Semua ayat di dalamnya dibuat dengan tulisan tangan. Meski relatif lama, huruf dan fontnya masih terlihat jelas dan terbaca.
“Kalau isi dalamnya kertas biasa. Tulisannya juga tulisan tangan asli, bukan cetakan. Kemarin baru kita buatkan wadah ini. Menurut keterangan Pak Seto, Alquran ini sudah dia rawat selama 40 tahun, dulunya peninggalan almarhum kakeknya. Dia mewakafkan karena biar lebih terawat di Masjid Raya ini,” terangnya.
Mengingat kondisi Alquran yang relatif besar dan memiliki nilai historis tinggi, pihaknya dalam waktu dekat akan berkonsultasi dengan pengelola museum bagaimana teknis merawat agar tetap awet.
Gus Kowi berharap dengan kehadiran Alquran peninggalan Kerajaan Demak itu akan menjadi inspirasi geneasi muda sekarang. Bahwa pendahulu dan pejuang Islam ternyata bisa membuat karya yanguar biasa.
“Ini bisa memotivasi generasi muda untuk memberikan sumbangsih perjuangan bagi peradaban Islam,” terangnya.
Salah satu santri, Romadhon Kiblat yang ditemui di Masjid Al Falah mengatakan meski kurang sempurna, namun huruf dan ayat di dalamnya masiu bisa terbaca jelas.
Ia mengaku bangga dengan karya besar dari peradaban Islam pendahulu itu. Menurutnya hal itu membuktikan bahwa pejuang Islam dulu juga memiliki budaya literasi tinggi dan mencintai Alquran.
“Kita generasi muda jadi bangga, pendahulu kita sudah mampu menulis Alquran dengan tulisan tangan. Padahal.terdiri dari beberapa juz. Ini menjadi inspirasi agar anak-anak muda sekarang juga bisa menggali bakatnya di bidang literasi,” tandasnya.
Sementara, Seto Nugroho (53) yang memiliki Alquran kuno itu, mengaku mewakafkan Alquran raksasa itu ke Masjid Raya agar lebih terawat dan memberi kemanfaatan ketimbang disimpan di rumahnya.
“Karena menurut saya, Masjid Raya Al-Falah itu terprogram bener dan manajemennya bagus. Alquran itu dari peninggalan Simbah saya (Parto Dikromo). Kebetulan almarhum dulu merupakan abdi dalem Keraton Surakarta. Alquran kuno ini sudah 40 tahun di rumah saya dan saya simpan di musala pribadi. Kadang dibaca anak-anak asuh saya, kadang juga saya baca sendiri,” tuturnya.
Pria yang dikenal sebagai pengusaha konstruksi asal Candi Baru RT 35/2, Plumbungan, Karangmalang, Sragen itu berharap kehadiran Alquran kuno itu menjadi kebanggaan dan bukti bahwa para pendahulu juga mampu melahirkan mahakarya agung tersebut.
“Jadi orang mikirnya Alquran tidak hanya cetak saja. Simbah-simbah kita juga mampu melahirkan sebuah mahakarya yang hebat seperti itu. Syukur-syukur juga bukan hanya untuk pameran, tapi bisa juga dibaca dan lain sebagainya. Sehingga saya rasa, dengan di Masjid Raya maka akan lebih manfaat dibanding di rumah saya,” tandasnya. Wardoyo