KENDAL, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) yang kini melanda Indonesia dan dunia membuat pemerintah harus mengeluarkan imbauan agar masyarakat tetap di rumah untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19.
Namun, ancaman penyakit lain juga merebak di Indonesia di tengah musim hujan yang belum berakhir, yaitu demam berdarah dengue (DBD). Demam berdarah sendiri dipicu oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang berperilaku menggigit dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.
Di tengah pandemi Covid-19, masyarakat diharapkan tetap waspada terhadap ancaman penyakit lain, seperti demam berdarah. Seperti halnya di wilayah Kabupaten Kendal. Tercatat, kasus DBD di Kendal cukup tinggi, hingga pertengahan tahun ini ada 130 kasus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit pada Dinas Kesehatan Kendal, Muntoha menyebutkan, Sebaran kasus DBD terbanyak berada di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Kota Kendal sebanyak 15 kasus, Kecamatan Boja sebanyak 15 kasus serta 14 kasus DBD di Kecamatan Kaliwungu.
Persebarannya merata, hampir di semua kecamatan ada. Kendati demikian, ada dua kecamatan yang nol kasus DBD yakni Plantungan dan Pageruyung.
“Data ini merupakan yang didapat dari laporan kasus di puskesmas yang tersebar di 20 kecamatan di Kendal. Tapi meski tren naik, hingga pertengahan tahun ini belum ada yang meninggal dunia,” terang Muntoha saat dikonfirmasi wartawan, Selasa (23/6/2020) siang.
Lebih lanjut, ia menyebutkan, untuk pencegahan, pihak Dinkes sudah melakukan fogging sebanyak 130 kali di 65 tempat.
Tak hanya fogging, pihaknya juga menyarankan agar masyarakat menjaga kebersihan dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), jelasnya. Yakni dengan mengubur, menguras dan menutup bak penampungan air. Jika ada genangan air, segera dialirkan. Jika tidak memungkinkan, maka bisa diberikan obat Abate atau memberantas jentik nyamuk.
“Fogging atau pengasapan tidaklah cukup. Sebab Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa. Sementara justru yang lebih penting jentik nyamuk ini. Karena kerap masyarakat menyepelekan jentik nyamuk,” terang dia.
Lebih lanjut ia berharap bahwa saat beradaptasi kebiasaan baru seperti sekarang ini, masyarakat dapat memanfaatkan untuk pemberantasan sarang nyamuk. Hal tersebut dapat dilakukan di sekolah, rumah ibadah dan hotel terutama.
Muntoha juga menekankan keluarga untuk berinisiatif dalam pemberantasan nyamuk sehingga demam berdarah dapat dicegah. Masyarakat dapat melakukan pencegahan utama melalui 3 M yakni menguras, menutup dan mendaur ulang.
“Selain tentunya ventilasi yang baik, kemudian tidak menumpuk baju, digantung seperit itu, karena nyamuk sangat senang sekali setelah menggigit bergelantungan, karena itu memang sifatnya nyamuk, bergelantungan, karena adem,” imbuh Muntoha. Satria Utama