KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kasus dugaan pemerasan terhadap puluhan guru dan kepala sekolah di 11 TK Aisyiyah wilayah Kecamatan Colomadu, Karanganyar mencuatkan fakta baru.
Setelah mencuat di media, dua orang PNS sekaligus pejabat Dinas Pendidikan yang bertugas di wilayah setempat akhirnya angkat bicara.
Mereka mengungkap soal dugaan pemerasan berjamaan yang didalangi oleh oknum yang mengatasnamakan LSM dan wartawan itu.
Kedua PNS yang sempat dikabarkan terlibat dalam konspirasi dengan LSM dan oknum wartawan dalam pemerasan itu adalah Pengawas TK dari UPTD Diknas Kecamatan Colomadu berinisial ED (50) dan Ketua Ikatan Guru TK atau IGTK Kecamatan Colomadu, berinisial MS (49).
Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM Minggu (28/6/2020), kedua pejabat Disdik yang bertugas di wilayah Colomadu itu mengakui memang sempat hadir hadir pada pertemuan berkedok mediasi antara puluhan guru, Kasek dengan oknum LSM dan wartawan terduga pelaku, di Rumah Makan Soto Sedap Hj Widodo, Jl Adi Sucipto Solo pada Jumat (26/06/2020).
Namun, keduanya membantah ikut terlibat aktif dalam kordinasi dengan oknum LSM dalam hal menawarkan angka sebesar Rp 5 juta yang dibahasakan oleh para oknum itu sebagai tutup mulut.
Kedua PNS itu juga mengelak keberadaan mereka yang disebut-sebut sebagai pelobi nominal uang damai meskipun akhirnya para guru juga menolak diperas.
Keduanya mengaku kehadiran mereka bukan berkonspirasi dengan LSM dan oknum wartawan, namun hanya berupaya menengahi agar para guru dan Kasek TK Aisyiyah mau bernegosiasi terhadap angka Rp 5 juta yang diminta oknum-oknum tersebut.
ED, Pengawas TK dari UPTD Diknas Kecamatan Colomadu mengatakan semua pihak baik guru, kasek dan dirinya sendiri, sebenarnya risih selalu didatangi LSM dan wartawan tersebut.
Sehingga dirinya mengambil jalan pintas menyarankan guru dan kasek TK Aisyiyah Colomadu agar menuruti permintaan pelaku dengan tutup mulut Rp 5 jutaan.
“Jujur saja semua pihak resah terhadap ulah pelaku maka daripada sering datang meresahkan. Saya hadir pada pertemuan di rumah makan itu untuk lakukan win-win solusi agar rampung masalahnya dan pelaku segera pergi, tidak lagi mengganggu,” ujarnya.
Senada, Ketua Ikatan Guru TK (IGTK) Kecamatan Colomadu, MS juga mengatakan dirinya memang hadir di pertemuan antara puluhan guru, kasek yang dihadiri oleh oknum LSM dan oknum memgaku wartawan itu.
Namun sebenarnya dirinya risih dan ketakutan karena LSM dan wartawan itu terus menyerang dirinya meski tuduhan mereka tidak terbukti.
Akhirnya, dia bersama ED oknum PNS berusaha menyepakati permintaan pelaku Rp 5 juta dan menawarkan pada guru dan kasek yang hadir.
Ia juga menyampaikan permintaan Rp 5 juta itu ditawar lagi oleh para guru menjadi Rp 2 juta saja. Tapi kemudian ditolak oleh oknum-oknum pelaku hingga akhirnya tidak ada titik temu soal uang damai hingga pertemuan itu bubar.
“Benar memang saya dan pengawas TK datang di rumah makan tersebut. Tapi ya alasannya sama bahwa karena kami bingung harus bagaimana,” ujarnya.
Bahkan MS mengaku sebenarnya keberatan dengan angka Rp 5 juta yang dipatok pelaku. Sebab dia mengetahui para guru dan kasek TK gajinya tidak seberapa.
“Kalau mau jujur saya kasihan dan keberatan dengan pemerasan Rp 5 juta yang diminta mereka. Tapi kami juga dilematis. Di satu sisi tuduhan LSM dan wartawan itu sebenarnya memang tidak terbukti. Di sisi para ibu guru perempuan itu ketakutan dan risih selalu diserang dengan berbagai tuduhan,” katanya.
Dugaan pemerasan massal itu bermula ketika sebanyak 80 guru dari 11 TK di Colomadu resah karena hendak diperas sebesar Rp 5 jutaan oleh sekelompok oknum mengaku LSM dan wartawan sebuah tabloid.
Pelaku menuduh guru TK Aisyiyah lakukan penggelembungan data terkait besarnya BOP untuk mendongkrak anggaran masuk.
Meski tuduhan itu sudah dibantah dengan data dan tak pernah terbukti, pelaku terus nekat menyerang dan menakut-nakuti hingga endingnya meminta guru membayar Rp 5 jutaan sebagai uang damai.
Namun sempat ditawar Rp 2 juta oleh guru dan ditolak pelaku hingga kemudian para guru dan kasek akhirnya sepakat memberontak dan melapor ke PCM setempat dan JOGLOSEMARNEWS.COM . Beni Indra/Wardoyo