JOGLOSEMARNEWS.COM – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengakui masih sulitnya mengatur angkutan kota atau angkot dalam upaya membiasakan kenormalan baru dengan aturan protokol kesehatan.
Terlebih lagi jika harus mengacu para Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 41 Tahun 2020, terkait pengendalian transportasi dalam rangka pencegahan penyebaran virus Corona.
Dalam beleid itu mengatus kapasitas penumpang maksimum untuk moda transportasi darat, laut, maupun udara.
“Kita belom nemu (cara) ngatur angkot, apakah harus pake mantel atau pergi pake hazmat. Kalau angkot, yang bisa menyelesaikan itu doa,” ujar Ganjar dalam diskusi daring pada Rabu (22/7/2020), seperti dikutip Tempo.co.
Pernyataan Ganjar tersebut menanggapi tingkat isian penumpang (load factor) transportasi publik di Jateng yang masih di bawah 50 persen meskipun batas maksimal sesuai protokol kesehatan sudah diizinkan 70 persen.
Rendahnya tingkat keterisian penumpang itu diyakini lantaran masyarakat yang masih takut dan khawatir angkutan umum menjadi media penularan Covid-19.
Selain itu, kondisi perekonomian yang belum membaik membuat masyarakat lebih memprioritaskan memenuhi kebutuhan pokok ketimbang mengejar kebutuhan penunjang. Dengan begitu, pergerakan orang dengan transportasi pun belum terlalu meningkat.
Lebih jauh Ganjar mengatakan, pihaknya sedang mengedukasi bagaimana adaptasi kebiasaan baru pada masa pandemi di transportasi umum.
Menurutnya, semakin kecil moda transportasi umumnya, pengedukasiannya lebih sulit.
“Kereta api bagus, pesawat bagus karena sangat bisa diatur, bus sangat bisa, tetapi mulai mengecil, angkot sulit,” ucapnya.