Beranda Edukasi Pendidikan Nadiem Hidupkan Lagi Sandiwara Sastra Melalui Audio

Nadiem Hidupkan Lagi Sandiwara Sastra Melalui Audio

Nadiem Makarim / tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Di tengah pandemi virus Corona ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim bakal meluncurkan siniar atau podcast Sandiwara Sastra.

Nadiem mengatakan, produk tersebut merupakan inovasi dan bagian dari Program Belajar dari Rumah pada masa pandemi Covid-19.

“Sastra menempati posisi penting dalam pemajuan budaya dan pembentukan karakter bangsa,” ujar Nadiem dalam pengarahan media secara daring di Jakarta, Senin (6/7/2020).

Dia menambahkan, karya sastra pada hakikatnya tercipta dari situasi dan pergulatan diri, pengalaman, pengamatan, serta pemaknaan situasi dan latar belakang sejarah.

Melalui tokoh-tokoh dalam karya sastra, masyarakat dapat mengenal lebih dekat sifat kemanusiaan.

“Seperti sekarang ini, pandemi memberi waktu bagi kita memetik makna dan belajar menjadi manusia kuat yang mampu menyongsong masa depan,” kata Nadiem.

Mantan bos GoJek yang sukses mengantarnya sebagai unicorn itu menambahkan, Sandiwara Sastra bukan hanya menjadi sebuah karya seni dan inovasi, tapi juga jalan untuk mengangkat literasi.

Alih wahana sastra ke dalam bentuk sandiwara audio siniar ini dapat disimak mulai 8 Juli 2020 pukul 17.00 WIB melalui podcast audio @budayakita.

Dibawakan oleh pelakon terkemuka di Tanah Air, sandiwara audio yang masing-masing berdurasi 30 menit juga akan disiarkan melalui Radio Republik Indonesia (RRI) agar dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas.

“Saya mengajak seluruh pelajar dan mahasiswa kembali menghidupkan dan mengenal karya sastra terbaik Indonesia melalui Sandiwara Sastra,” katanya.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid mengatakan, alih karya sastra dari buku ke medium audio itu bertujuan untuk memperkenalkan dan menghidupkan kembali karya sastra Indonesia.

“Melalui Sandiwara Sastra, Kemendikbud memiliki misi untuk memantik minat masyarakat dalam mengenali lebih dalam budaya dan karakter manusia Indonesia,” kata Hilmar.

www.tempo.co