Beranda Daerah Semarang Sepanjang 2020, Sebanyak 3.189 Warga Jateng Terjangkit DBD

Sepanjang 2020, Sebanyak 3.189 Warga Jateng Terjangkit DBD

Kepala Dinkes Jateng, Yulianto Prabowo saat memberikan keterangan kepada para awak media di komplek kantor Gubernur Jawa Tengah belum lama ini. Istimewa

SEMARANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pandemi corona virus disease 2019 (covid-19) yang kini melanda Indonesia dan dunia membuat pemerintah harus mengeluarkan imbauan agar masyarakat tetap di rumah untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19.

Namun, ancaman penyakit lain juga merebak di Indonesia di tengah musim hujan yang belum berakhir, yaitu demam berdarah dengue (DBD). Demam berdarah sendiri dipicu oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang berperilaku menggigit dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.

Di tengah pandemi Covid-19, masyarakat diharapkan tetap waspada terhadap ancaman penyakit lain, seperti demam berdarah. Seperti halnya di wilayah Provinsi Jawa Tengah.

Tercatat, kasus DBD di Kendal cukup tinggi, sepanjang tahun 2020, tepatnya hingga akhir akhir Juni 2020, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah mencatat Demam Berdarah Dengue (DBD) di 35 kota dan kabupaten, mencapai 3.189 kasus. Karenanya, Dinkes mengimbau agar warga melakukan tindakan penting pencegahan.

“Tugas kita menurunkan (mengurangi kasus) supaya incidence rate (angka kesakitan) itu kecil dan case fatality rate (CFR atau angka kematian) kecil,” kata Kepala Dinkes Jateng, Yulianto Prabowo dalam rekaman videonya, Jumat (3/7/2020).

Baca Juga :  Gandeng KPID, Kemenag Jateng Akan Pantau Siaran Keagamaan

Dia menuturkan, jumlah kasus DBD tertinggi berada di Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Purworejo, Klaten, Batang, Kota Magelang, dan Kota Semarang. Saat ini penyakit itu masih perlu diwaspadai, karena hujan masih sering turun. Kondisi demikian sangat berpotensi terhadap timbulnya kasus DBD.

“Faktor lingkungan dan perilaku masyarakat kita juga berpengaruh,” tambahnya.

Dinkes mengimbau agar warga mencegah merebaknya wabah DBD. Seperti halnya melakukan 3M, yakni menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren air, dan tempat penampungan air lainnya. Selanjutnya, menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi maupun drum termasuk mengubur barang bekas di dalam tanah. Serta memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang).

“Saya ajak masyarakat mengindari DBD. Biar bersih jentik nyamuk, agar tidak ada jentik nyamuk dengan 3M,” tuturnya.

Baca Juga :  Terdorong Hati Nurani, Purnawirawan Polri di Jawa Tengah Deklarasi Dukung Andika Perkasa-Hendrar Prihadi

Bahkan untuk memastikan tidak ada jentik nyamuk, juga diharapkan ada jumantik. Yakni anggota masyarakat yang secara sukarela memantau keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di lingkungannya.

“Tiap rumah ada jumantik. Bisa tiap rumah, tiap kantor, tiap tempat ibadah. Kalau ada ditunjuk jumantik. Tugas lima hari atau seminggu mantau. Jogo Tonggo juga ikut berperan,” katanya. Satria Utama