SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Meski sudah banyak korban jiwa, pemasangan perangkat tikus beraliran listrik di persawahan wilayah Sragen ternyata tak jua mereda.
Alih-alih berhenti, pemasangan jebakan tikus berlistrik di beberapa wilayah pertanian di Bumi Sukowati justru makin marak.
Pantauan JOGLOSEMARNEWS.COM , pemasangan perangkap tikus beraliran listrik masih terjadi di sebagian wilayah Tanon, Sukodono, dan Sidoharjo.
Bahkan, di Tanon utamanya di beberapa desa sentra pertanian, seperti Desa Kecik, petani justru beralih menggunakan perangkap tikus berlistrik di sawah.
Mayoritas mengaku sudah kewalahan menangani hama tikus yang kian hari kian merajalela. Berbagai cara pemberantasan yang dinilai lebih aman, tak juga meredakan serangan dan populasi tikus.
“Hanya dengan setrum, hasilnya bisa agak lumayan dan serangan mereda. Kami sudah coba pakai omprongan dan belerang, pakai umpan, pasang plastik, hasilnya bukannya tambah reda, malah tikusnya tambah ngamuk. Di areal sini sudah banyak jagung dan padi yang gor (puso) karena digantas habis. Ada malah tanaman jagung satu petak habis diserang tikus dan terpaksa ditanami lagi pakai jedilan padi,” ujar Wiyono, salah satu petani di Desa Kecik, Tanon, Senin (27/7/2020).
Menurutnya, perangkap tikus berlistrik itu dipasang dengan perangkat kabel mengelilingi petakan sawah. Jika dibandingkan cara lain, hasil tangkapan dengan setrum juga jauh berlipat.
“Kalau umpan atau omprongan, paling semalam cuma dapat 2 sampai 5 ekor. Kalau pakai setrum semalam bisa kena 50 sampai 70 ekor. Kami menyadari memang bahaya, tapi kalau nggak gitu, ya kelakon nggak bisa makan. Saking banyaknya tikus, semalam saja kalau dibiarkan bisa dadal tanaman,” tukasnya.
Senada, petani lain, Agus juga menuturkan meski risikonya sangat membahayakan, petani juga berusaha semaksimal mungkin meminimalisir risiko dari pemasangan setrum jebakan tikus.
Selain diberi lampu penanda dan saklar, petani pemasang juga sudah mengantisipasi dengan sesering mungkin menyambangi ke sawah dan tertib mematikan sebelum pagi tiba.
“Memang ini membahayakan, tapi mau bagaimana lagi. Sementara solusi dari pemerintah juga hanya gropyokan dan omprongan yang semuanya juga nggak maksimal hasilnya. Selama ini kalau ada hama tikus, bantuan alat atau apalah untuk membasmi, juga nggak pernah ada. Petani itu serba susah, sudah pupuk mahal, hama merajalela, kadang harus berjibaku cari cara sendiri meski risikonya nyawa,” tukasnya.
Dilarang dan Berbahaya
Terkait pemakaian setrum jebakan tikus, Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati kembali menyerukan agar segera dihentikan. Sebab pemasangan itu sangat berbahaya bagi keselamatan petani baik yang memasang maupun orang lain.
Ia juga meminta perangkat setrum tikus yang ada segera ditertibkan. Pihaknya sebelumnya bahkan mendorong pihak aparat untuk memproses hukum jika ada setrum tikus yang sampai mengakibatkan meninggalnya orang.
Rentetan kasus kematian petani di Sragen akibat kesetrum perangkat jebakan tikus di sawah itu pun menuai tanggapan dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Orang nomor satu di jajaran Pemprov Jateng itu mengaku prihatin. Ia pun kembali tegas melarang keras penggunaan perangkap tikus dengan aliran listrik.
“Kami tegas melarang penggunaan perangkap tikus dengan aliran listrik. Hentikan!,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Kamis (23/7/2020).
Sebelumnya, Ganjar menyampaikan larangan itu dikarenakan penggunaan perangkap dengan aliran listrik itu sangat membahayakan keselamatan jiwa.
Tidak hanya jiwa bagi pemilik sawah atau pemasangnya, keberadaannya juga berpotensi membahayakan bagi keselamatan jiwa orang lain.
“Kami melarang. Apalagi kalau tidak ada yang mengontrol,” serunya.
Pernyataan Gubernur itu merespon rentetan kasus kematian petani di Sragen yang dalam beberapa waktu terakhir meregang nyawa di tangan jebakan tikus berlistrik.
Beberapa korban terakhir bahkan terjadi dalam hitungan amat berdekatan. Mereka adalah buruh tani bernama Atun Suryanto (50).
Warga Kampung Sine RT 1/4, Kelurahan Sine, Sragen tewas setelah kesetrum jebakan tikus di sawahnya Kampung Klumutan Sine, Jumat (8/5/2020) pagi kemarin.
Sebelumnya, buruh tani bernama Nilam (45) warga Dukuh Donorojo RT 12, juga ditemukan tak bernyawa seusai terkena jebakan tikus bermuatan listrik, Jumat (2/5/2020).
Nilam tewas tergeletak di pematang sawah milik tetangganya, Sugiyo. Data yang dihimpun di lapangan, insiden itu terjadi pukul 07.45 WIB.
Kemudian Selasa (28/4/2020) sebelumnya seorang buruh tani asal Dukuh Ngrampal, RT 29 Desa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal, bernama Yanto (54) juga ditemukan meninggal dunia di areal persawahan di Dukuh Bugel, Desa Kebonromo, Ngrampal, Sragen.
Saat ditemukan kondisinya telungkup dengan luka bakar menempel di kabel jebakan tikus yang ada di tepi sawah majikannya.
Tak hanya itu, jebakan tikus juga merenggut nyawa Andi Nugroho (31) warga Madiun, Jatim pada 17 Februari 2020.
Ia ditemukan dengan kondisi kaki melepuh dan luka bakar sebelum kemudian meninggal akibat kesetrum jebakan tikus di persawahan wilayah Siwalan, Sragen Kota.
Sebelumnya, dua warga Jambanan Sidoharjo juga tewas terkena jebakan tikus berlistrik di sawah setempat pada medio dan akhir 2019 lalu. Wardoyo