SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Wabah corona virus atau covid-19 yang tak kunjung mereda, berdampak buruk terhadap dunia usaha dan ekonomi di wilayah Sragen.
Merosotnya daya beli masyarakat dan dunia, membuat kelangsungan dunia usaha dan industri juga ikut terpukul. Imbasnya, ribuan pekerja atau buruh di perusahaan di Sragen terpaksa harus menganggur karena diberhentikan atau dirumahkan dari pabriknya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Sragen, Suwardi mengatakan berdasarkan laporan yang masuk ke Apindo, memang ada sejumlah perusahaan yang terpaksa melakukan pengurangan buruh.
Mayoritas adalah perusahaan yang bergerak di bidang tekstil dan berorientasi ekspor. Ia menyebut pabrik yang merumahkan atau menghentikan buruhnya di antaranya PT BATI Sidoharjo sekitar 800 buruh, PT BATI di Sambungmacan juga sekitar 800 buruh.
Kemudian pabrik boneka di Masaran juga sempat merumahkan sekitar 400 buruhnya. Rata-rata perusahaan itu merumahkan untuk efisiensi mengingat kondisi usaha mengalami penurunan sejak pandemi covid-19 melanda empat bulan terakhir.
“Yang melapor sementara baru itu. Kalau di pabrik boneka, sempat merumahkan 400 buruh tapi kemudian sudah dipanggili lagi untuk masuk kembali,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM kemarin.
Suwardi yang juga manajer PT Kenaria itu menguraikan untuk pabrik tekstil lainnya seperti DMST, sejauh ini belum ada laporan.
Namun dari informasi yang diterimanya, perusahaan tekstil yang punya banyak pabrik di Sragen itu hanya melakukan pengurangan hari kerja melalui penggiliran hari masuk.
Para buruh yang biasanya masuk full setiap hari, dikurangi harinya menjadi hanya masuk 3 hari dan digilir.
“DMST yang di Bumiaji juga nggak ada pengurangan. Mereka hanya mengaplus dan mengurangi hari masuk buruh saja,” terangnya.
Pria yang hobi trail petualang itu menyampaikan untuk pabrik yang tidak berorientasi ekspor, sebagian masih eksis dan relatif tak terdampak. Seperti PT Kenaria yang memproduksi plastik, lalu PT Trust juga malah menambah karyawan.
Terkait kondisi dunia usaha dan industri pasca new normal, Suwardi menyebut pada umumnya saat ini perusahaan dan pabrik sudah kembali jalan namun masih dalam tahap adaptasi keadaan.
“Istilahnya mulai merangkak kembali. Ya belum bisa normal seperti dulu. Kalau dipersentase ya baru 75 persen lah,” pungkasnya.
Di sisi lain, kebijakan efisiensi perusahaan memicu pengangguran baru. Dwi (20) salah satu warga Pilang, Pengkol, Tanon mengaku kini sudah tiga bulan menganggur sejak dirumahkan dari pabrik tempatnya bekerja yakni BATI.
Ia mengaku masih kebingungan untuk mencari kerja lanjutan lantaran banyak pabrik belum ada yang membuka lowongan.
Senada, Marno (27) warga Taraman, Sidoharjo juga masih menganggur di rumah sejak dirumahkan dua bulan lalu dari pabrik di Purwosuman tempatnya bekerja.
“Ya masih nyari-nyari lowongan tapi juga nggak ada yang buka. Ini sudah dua bulan di rumah nggak ada kerja,” tuturnya, Jumat (7/8/2020). Wardoyo