YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta akan menggarap kampung-kampung di pinggiran sungai menjadi kawasan wisata alternatif. Kampung-kampung yang ditata sedemikian rupa tersebut akan menjadi arah baru bangkitnya wisata pascapandemi Covid-19.
“Tak bisa dipungkiri kantong-kantong kemiskinan di Yogyakarta sekitar 50 persennya ada di bantaran sungai. Ditambah pandemi ini, yang jadi prioritas sekarang bagaimana menekan angka kemiskinan baru itu dari kantong-kantongnya,” ujar Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, di sela penyaluran bantuan Kredit Pemberdayaan Ekonomi Daerah dari BPD DIY di Ruang Terbuka Hijau Winongo, Wirobrajan, Yogyakarta, Rabu (2/9/2020).
Heroe mengatakan, Yogya memiliki tiga sungai utama yang di sekitarnya sempat dikenal sebagai kawasan kumuh dan kantong kemiskinan, yakni Kali Winongo, Gajah Wong, dan Kali Code.
Namun sejak lima tahun terakhir, kampung di bantaran sungai-sungai itu sudah mulai ditata. Sehingga memiliki nilai jual sebagai wisata alternatif, yang mulai berdampak pada kehidupan ekonomi warganya.
Sebut saja seperti Bendung Lepen Sungai Gajah Wong di kampung Mrican Giwangan, ada juga Taman Legawong di Kampung Gambiran Kecamatan Umbulharjo, juga Kampung Code Riverside.
Saat ini, ujar Heroe, pemerintah kota sedang merampungkan pembuatan jalur-jalur sepeda, yang melewati kampung di seluruh bantaran sungai-sungai itu. Jika sudah rampung jalur sepeda itu, akan dijual dalam bentuk lima paket wisata bekerja sama dengan pihak perhotelan.
Meliputi paket jalur sepeda selatan-timur (menyusuri jalur bantaran sungai Winongo dan Code), selatan-barat (sungai Code-Winongo), tengah (sungai Code), utara-timur (sungai Gajah Wong-Code), dan utara-barat (Gajah Wong-Winongo).
“Paket wisata sepeda ini nanti oleh pengurus kampung bekerja sama dengan hotel, agar sediakan paket gowes bagi tamu yang rutenya ke arah sungai melewati kampung wisata,” ujarnya.
Di tiap jalur sepeda bantaran sungai itulah masyarakat bisa membuka berbagai usaha khususnya kuliner ketika wisatawan gowes melewati kampung itu.
Heroe menambahkan modal untuk membangun jalur-jalur sepeda di pinggiran sungai itu, sudah didukung dengan sebaran ruang terbuka hijau yang merata di bantaran sungai Yogyakarta. Walhasil, ketika jalur sepeda jadi, tak hanya jalurnya yang sudah siap menyambut wisatawan, tapi pemandangan yang asri juga siap.
“Ketika dari infrastrukturnya sudah siap semua, tinggal masyarakatnya yang kami dorong dengan bantuan pemodalan, agar membuka usaha di bantaran ini,” ujarnya.
Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai (Forsidas) Gajah Wong berhasil mengubah kali kotor menjadi objek wisata. Foto: TEMPO/Pribadi Wicaksono
Direktur Utama Bank BPD DIY Direktur Utama Santoso Rohmad mengatakan pihaknya telah mengucurkan program kredit lunak dengan total anggaran Rp10 miliar-15 miliar bagi 5.000 pelaku usaha super mikro di seluruh DIY. Sasaran penerima bantuan itu adalah kelompok rentan, korban PHK akibat pandemi, serta warga di bantaran sungai agar bisa bangkit memulai usaha kembali.
“Setiap penerima bantuan super mikro ini mendapat kredit lunak dengan besar Rp 2,5 juta dengan bunga ringan 3 persen per tahun,” ujarnya. Untuk tahap pertama itu, ujar Santoso, saat ini sudah 2.000-an debitur yang menerima dan bisa untuk modal usaha.