SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Angka penolakan orangtua siswa terhadap belajar tatap muka di sekolah di Sragen masih cukup tinggi.
Dari sampel beberapa sekolah yang ditunjuk menggelar tatap muka, penolakan wali murid masih berkisar 30 persen di SMP hingga 50 persen di jenjang SD.
Di SMP Negeri 1 Sragen misalnya, Kepala SMPN 1 Sragen, Wiyono mengakui masih cukup banyak orang tua yang belum mengizinkan anaknya masuk sekolah.
Dari hasil jajak pendapat atau angket yang disebar sekolah lewat google form, ada sekitar 30 persen orangtua siswa yang tak mengizinkan anaknya belajar tatap muka.
Pihaknya memastikan, siswa yang tidak diizinkan tatap muka tersebut akan tetap dilayani dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
“Kita buat angket dulu dengan google form, siapa orang tua yang mengizinkan (sekolah tatap muka) dan siapa yang menghendaki tetap daring. Hasilnya 70,2 persen mengizinkan, sisanya menghendaki online,” paparnya kepada wartawan, Senin (31/8/2020).
Hasil pantauan, pelaksanaan pembelajaran tatap muka di SMPN 1 Sragen berlangsung cukup lancar.
Pihak sekolah menerapkan protokol ketat sejak para siswa memasuki gerbang sekolah.
“Alurnya dari masuk gerbang kita cek suhu, setelah itu siswa wajib cuci tangan sebelum diperbolehkan masuk kelas. Semua alur kita awasi ketat,” urai Wiyono.
Untuk mencegah kerumunan, ia menyampaikan para siswa diberikan jadwal masuk yang berbeda. Untuk kelas 7, masuk sekolah mulai pukul 7.00 WIB, kelas 8 masuk pukul 7.30 WIB dan kelas 9 masuk pukul 8.00 WIB.
“Siswa yang masuk hanya separuh, sehingga jarak bangku bisa diatur berjauhan. Istirahat tetap di kelas larena mereka diminta bawa bekal sendiri,” imbuhnya.
Hal serupa terjadi di SD Negeri 4 Sragen. Menurut pihak sekolah, jumlah orang tua yang belum mengizinkan anaknya sekolah tatap muka masih tergolong tinggi.
Jika dipersentase, ada 50 persen atau separuh orangtua yang tidak merelakan anaknya belajar secara tatap muka di sekolah.
“Dari angket yang kami berikan ke orang tua, ada 400-an yang setuju anaknya sekolah tatap muka. Sedangkan yang tidak setuju ada 200-an orang tua,” kata Humas SD Negeri 4 Sragen, Joko Kusmendi.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pendidikan Sragen, Suwardi mengatakan kondisi tersebut hal yang wajar. Namun menurutnya, berdasarkan data dinas, jumlah orang tua yang tidak mengizinkan anaknya sekolah tatap muka kurang dari 10 persen.
“Dari data kita, dari 63 sekolah yang kita tunjuk untuk menyelenggarakan sekolah tatap muka, secara keseluruhan ada 91 persen orang tua yang menghendaki sekolah tatap muka, sisanya tidak,” ujarnya.
Menurut Suwardi, dari awal pihaknya memang tidak pernah mewajibkan siswanya untuk sekolah tatap muka. Pihaknya memastikan para siswa yang tetap ingin belajar online tetap dilayani dengan baik.
“Memang itu kan sudah pilihan. anak yang orang tuanya belum membolehkan, ya (belajar) daring. Nggak masalah, kita harus melayani semua,” tukasnya.
Terpisah, Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengatakan akan mengevaluasi pembelajaran tatap muka dalam sepekan ini. Dari hasil evaluasi akan diputuskan apakah pembelajaran akan dilanjutkan atau justru distop.
“Kita lihat dalam waktu sepekan ini sebelum kita putuskan. Apakah ini mau kita lanjutkan, apakah mau kita off-kan hingga nanti situasi membaik misalnya, apakah nanti bulan desember, atau awal tahun seperti yang dilakukan kabupaten lain,” ujar Yuni.
Bupati menguraikan sekolah tatap muka hari ini merupakan upaya sampling, sambil melihat dalam penerapan protokol kesehatan di tiap sekolah. Dirinya tidak mengesampingkan kekhawatiran orang tua menilik kondisi Covid-19 di Sragen yang cenderung meningkat.
“Anak-anak ini kita tanya satu per satu senang belajar tatap muka. Tapi kekhawatiran orang tua dan saya pribadi dengan kondisi sekarang ada rasa was-was juga. Maka saya minta dalam waktu sepekan ini dievaluasi betul dan baru nanti kita ambil kebijakannya,” tegasnya. Wardoyo