SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sebanyak 750 jiwa di 15 Rukun Tetangga (RT) di Desa Ngrombo, Kecamatan Tangen, Sragen mulai mengeluh kekurangan air bersih.
Mereka mulai berharap bantuan droping sembari berdoa segera turun hujan untuk mengatasi problem kekeringan.
Kades Ngrombo, Joko Mulyono mengatakan ada tiga kebayanan di wilayahnya yang menjadi langganan kekeringan setiap kemarau tiba.
Tiga kebayanan itu masing-masing Ngablak, Glinggang dan Ngrombo. Dari tiga kebayanan itu ada 15 RT yang menjadi wilayah rutin terdampak kekeringan.
“Masing-masing RT ada sekitar 50 jiwa. Itu sudah hampir setiap tahun kekeringan,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (13/9/2020).
Joko menguraikan titik kekeringan itu tersebar di Kebayanan Ngablak ada satu RT, Ngrombo 7 RT dan 4 RT di Kebayanan Glinggang. Selain bantuan droping dari Pemkab dan pihak ketiga, Pemdes juga sudah berupaya melakukan penanganan.
Di antaranya dengan membuat sumur dalam di Ngablak dari dana desa sebesar Rp 15 juta. Kemudian di 2021 ada 4 titik lagi yang akan dibuat.
“Untuk Kebayanan Glinggang RT 3 tahun ini juga kita buat sumur dalam dengan dengan dana Rp 60 jt. Di Kebayanan Ngrombo, kita anggarkan Rp 15 juta di RT 8,” urainya.
Joko menjelaskan Pemdes terus berupaya menari donatur dan minta bantuan ke kabupaten utamanya bantuan sumur dalam.
Sebab sumur dalam menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kekeringan yang melanda wilayahnya. Selain itu, sebagian warga juga sudah swadaya membuat sumur.
Akan tetapi tipikal tanah yang berkapur dan minim peresapan memang menjadi kendala karena sulitnya sumber air di wilayahnya.
“Harapannya selain bantuan droping, PDAM bisa ditarik ke utaa bengawan sampai sini sehingga kita nggak kekurangan air lagi. Kadang kita buat sumur dalam tapi sumbernya yang sulit. Kadang buat sampai pindah 3 4 kali nggak ada sumbernya. Padahal kedalaman sudah 40 sampai 80 meter,” tandas Joko.
Saat ini, Joko menyebut sudah dua minggu berjalan, warga mendapat bantusn droping dari Pemkab dan donatur. Namun ada pula satu dua warga yang mampu secara ekonomi dan membeli air sendiri seharga Rp 300.000 pertangki. Wardoyo