SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kisah Ervan Wahyu Anjasworo (16), remaja asal Dukuh Panurejo, RT 15, Kedungupit, Sragen yang berhasil menemukan kembali keluarganya setelah hilang di Jakarta selama 11 tahun sejak masih usia 5 tahun, menyisakan cerita menarik.
Hampir tak ada yang menyangka, Ervan yang sudah 11 tahun berpisah dengan ayah ibunya, akhirnya bisa berkumpul kembali. JOGLOSEMARNEWS.COM mencoba mengorek kisah Ervan yang kini sudah beranjak remaja itu.
Ditemui di rumah kakeknya di Panurejo, Kedungupit, Sragen, Ervan tampak begitu ceria. Didampingi ayahnya, Suparno (37), kakeknya Parmin (70) dan neneknya Giyem (65), kisah Ervan yang 11 tahun hilang di Ibukota dan terpisah keluarga pun mulai mengalir.
Cerita hilangnya Ervan bermula ketika ayahnya merantau di Jakarta sejak 2003. Suparno menuturkan di Jakarta, dirinya bekerja sebagai sopir metromini dan sesekali nyambi menjadi fotrografer di Kemayoran.
Ervan adalah anak kedua dari pernikahan Suparno dengan istri pertamanya Tanti (35). Namun sejak kelahiran Ervan, Suparno memutuskan bercerai dan kemudian menikah dengan istri keduanya Warsi (35).
Sekitar tahun 2009, Ervan berusia 5 tahun dan duduk di bangku TK besar. Cerita pun bermulai ketika memasuki masa liburan, Suparno mengajak Ervan untuk berlibur di Jakarta.
“Biasanya Ervan saya titipkan di rumah kakeknya. Karena sedang liburan, saya ajak ke Jakarta. Waktu itu kontrakan saya di daerah Kemayoran,” ujar Suparno.
Suparno pun menuturkan setelah hampir tiga pekan di Jakarta, Ervan minta untuk dipulangkan ke Sragen. Saat itu Suparno menyanggupi dan akan memulangkan Ervan dua hari kemudian atau hari Minggu.
Suparno mengatakan sengaja menunda kepulangan untuk mengejar hari Sabtu dan Minggu, yang biasanya ramai untuk job pemotretan.
“Saya bilang ke Ervan menyanggupi hari Minggu pulang ke Sragen. Pikir saya kalau Sabtu kan fotonya ramai, itung-itung bisa untuk nyari sangu pulang kampung. Tapi Jumat sekitar jam 15.00 sore, Ervan sudah tidak ada,” urai Suparno.
Suparno mengatakan, hari itu sekitar pukul 14.30 WIB, Ervan berpamitan untuk mengembalikan game watch yang disewanya dari tetangga.
Namun hingga malam hari, Ervan yang masih berumur 5 tahun tersebut tak kunjung pulang. Perasaan Suparno dan istrinya, Warsi pun campur aduk cemas bukan kepalang.
“Saya masih ingat waktu itu disuapi ibunya. Makanan dan minumannya saja belum sempat dihabiskan dan masih di dekat pintu. Saat itu pamitnya mau balikin game watch, persewaannya cuma samping rumah beberapa meter saja. Tapi sampai sore kok gak balik-balik. Akhirnya saya sama istri nyari sampai malam jam 23.00 WIB,” tutur Suparno.
Ternyata hingga esok harinya, Ervan juga tak kunjung pulang. Pikiran Suparno-Warsi pun cemas bukan kepalang hingga esok harinya langsung melapor ke Polsek Kemayoran.
Namun tak kunjung ada kabar dimana Ervan berada. Sampai 2 bulan mencari, sampai kemudian Suparno-Warsi pun akhirnya pasrah.
Suparno bahkan sempat tidak bekerja selama dua bulan agar lebih fokus mencari anaknya. Hari-hari dia habiskan menyusuri gang demi gang di seantero Jakarta, namun anaknya tak jua kelihatan.
“Karena waktu itu marak penculikan, pikiran saya anak saya diculik orang. Tapi saya yakin anak saya masih hidup, makanya saya tetap bekerja di Jakarta agar bisa terus mencari anak saya,” terangnya.
Sementara, Ervan mengaku masih ingat betul apa yang menimpanya. Ervan yang waktu itu masih polos, tak menampik jika pada hari Jumat itu, ia memang pamit mengembalikan game watch.
Namun dalam perjalanan pulang, ia mengaku bertemu dengan empat pemuda pengamen dan kemudian membujuknya. Saat itu, empat pemuda itu menawarkan untuk mengantarnya pulang.
Karena masih kecil dan baru pertama kali di Jakarta, Ervan pun menurut saja. Rupanya bukan di antar pulang, Ervan justru diajak empat pemuda pengamen itu pergi jauh.
“Saya selesai ngembaliin game watch, baru mau pulang. Di jalan ada empat pengamen minta saya ikut, katanya nanti mau diantar pulang. Ternyata nggak diantar pulang, tapi malah diajak mereka. Waktu itu saya nangis terus minta pulang,” kata Ervan yang kini sudah tidak bisa berbicara bahasa Jawa itu. (Bersambung/Wardoyo)