KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM – Masyarakat Kabupaten Karanganyar merindukan terhadap kurikulum tentang budaya asli terutama musik keroncong agar bisa dijadikan penuntun generasi berikutnya.
Pasalnya dikhawatirkan generasi mendatang akan punah jika pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten.
Untuk itu Dinas Pendidikan Kabupaten harus cerdas dan inovatif melakukan terobosan untuk mau menginisiasi pengusulan kurikulum budaya keroncong pada instansi vertikal termasuk kepada kementrian pendidikan.
Wacana ini menguat pada acara Workshop Aplikasi Pentas dengan tema menelisik kekayaan budaya nenek moyang di Gedung PGRI Kecamatan Tasikmadu.
Salah satu panelis Endah Laras yang hadir pada acara itu mengaku salut dengan animo audiens yang getol memikirkan generasi budaya mendatang.
“Memang benar kita harus berpikir luas generasi keroncong setelah yang tua,” ujarnya pada acara tersebut.
Menurut Endah Laras peran instansi terkaitlah yang mestinya tanggap dan menindaklanjuti harapan dan aspirasi warga tersebut.
“Ya alangkah tegas jelas jika keroncong itu ada kurikulum di sekolahan,” lanjutnya.
Sementara itu pemerhati budaya asal Mojogedang, Karanganyar Jumadi (52) mengatakan jika budaya itu ada regulasi seperti kurikulum akan memicu semangat pelaku seni karena merasa diperhatikan.
Selain itu pelaku seni bisa dikaryakan untuk menjadi mentor pada kurikulum tersebut.
“Dengan dimasukkannya seni keroncong dan wayang pada kurikulum budaya lokal maka semangatnya jelas beda jika dibiarkan saja alami,” ujarnya.
Menurut Jumadi selama ini yang dibuat hanya kurikulum nasional bukan seni budaya lokal. Sehingga harus diberikan sarana penunjang termasuk guru seni budaya lokal.
“Saatnya Diknas harus segera menindaklanjuti,” tandasnya
Sementara itu Ketua Panitia Workshop Aplikasi Budaya, Dwi Joko Suranto yang juga pejabat di Dinas Pendidikan Karanganyar mengaku senang dengan semangat masyarakat terhadap seni lokal.
“Respon warga luar biasa, hanya saja untuk memasukkan pada kurikulum budaya lokal perlu proses panjang melibatkan birokrasi Kementrian Pendidikan Nasional” tandasnya. Beni Indra