SUKOHARJO, JOGLOSEMARNEWS.COM -Bagaimana rasanya anda atau kita saat bertakziah di rumah duka orang meninggal dunia akan tetapi tidak ada acara prosesi layatan seperti lazimnya ?
Tentu saja para warga yang hendak takziah bingung dan canggung harus bagaimana memposisikan diri.
Setidaknya pemandangan itulah yang terjadi di rumah duka MUL (63) warga Dusun Pandak, Desa Jatisobo, Polokarto, Sukoharjo.
Istri MUL tak menampik suaminya meninggal dunia dengan swab kedua positif covid-19 berdasar hasil tes swab kedua RS Kustati Solo.
Meskipun hasil tes swab ketiga belum diketahui hasilnya dan akan diumumkan hasilnya pada Senin mendatang, namun Mulyadi keburu meninggal dunia.
Salah satu adik Ipar almarhum, Martini (50) warga Desa Popongan, Kabupaten Karanganyar mengaku bingung dan kaget karena tidak ada kajang kursi ataupun bendera merah sebagai tanda layatan.
Martini juga tidak berani masuk rumah duka karena gerbang tertutup dan dijaga Babinkamtibmas, Babinsa serta Hansip.
“Ya mau bagaimana lagi saya hanya bisa mengucapkan bela sungkawa dari luar gerbang dan itu hanya kilat karena suasana canggung,” ujarnya Kamis (12/11/2020)..
Meski begitu, Martini memahami situasi yang tidak lazim tersebut sebab kematian almarhum terkait dugaan covid. Sehingga banyak yang takut hingga berdampak tidak ada proses layatan secara umum.
Apalagi di satu sisi tetap harus dilaksanakan protokol kesehatan bagi warga atau saudara yang hendak takziah. Walaupun itu hanya dari kejauhan alias tidak bisa mendekat.
“Kalau saya bisa memahami kok karena namanya covid itu kan juga berbahaya. Ndak papa yang penting saya bisa bertemu sekejab saja mengucapkan Bela Sungkawa sudah lega walau itu adik ipar saya,” ungkapnya.
Sementara itu Kades Jatisobo, Darmanto mengakui memang tidak ada prosesi layatan dirumah duka.
Karena sama-sama saling menjaga agar tidak menimbulkan klaster baru covid 19 dari layatan tersebut. Pasalnya jika diadakan prosesi layatan maka akan terjadi kerumunan warga tanpa jaga jarak dan itu berpotensi menimbulkan penyebaran covid.
“Ya antara tuan rumah, warga, pemdes serta keamanan saling memahami sehingga memang layatan ditiadakan,” ujarnya.
Ia mengakui memang agak canggung jika ada orang meninggal tanpa ada prosesi layatan. Namun karena sikon haruslah demikian sehingga apa boleh buat. Beni Indra