![IMG-20200915-WA0038](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2020/09/IMG-20200915-WA0038.jpg?resize=640%2C369&ssl=1)
SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Rentetan kasus bunuh diri di Jembatan Sapen, Tanggan, Gesi, Sragen memantik keprihatinan dari DPRD setempat.
Banyaknya kasus bunuh diri dari jembatan itu membuat Ketua DPRD Sragen, Suparno, mendesak dinas terkait segera bertindak melakukan langkah antisipasi.
“Seingat kami, sudah ada 4 kali kasus bunuh diri dari Jembatan Sapen. Ini nggak boleh dibiarkan. Harus ada langkah pencegahan,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (20/12/2020).
Legislator asal PDIP itu menguraikan dinas harus bertindak untuk memutus rentetan kasus bunuh diri itu. Menurutnya, hal itu bisa dilakukan dengan memasang penutup pada kedua sisi jembatan.
Bahan yang digunakan bisa dari ruji-ruji besi, wiremes fabrikasi, clift atau paling sederhana ditutup bilah bambu.
“Harus ada tindakan. Kalau nggak bisa memasang wiremesh, ya paling tidak dipasangi bilah bambu sampai menutup jembatan. Jangan biarkan nyawa terus berjatuhan. Sudah empat yang meninggal bunuh diri di situ,” tukasnya.
Suparno menguraikan untuk sesuatu yang darurat dan berkaitan dengan kemanusiaan, dinas seyogianya tak perlu bertele-tele atau menunggu terlalu lama.
![](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2020/11/IMG20201102131326-816x612-1.jpg?resize=640%2C480&ssl=1)
Apalagi, jembatan Sapen itu merupakan jembatan milik Pemkab dan aset daerah. Sehingga menurutnya tak perlu koordinasi yang berbelit-belit.
“Harapan kami secepatnya. Jangan sampai banyak jatuh korban. Dengan ditutup begitu, mininal mencegah digunakan hal-hal yang negatif,” tandasnya.
Seperti diketahui, kasus bunuh diri loncat dari Jembatan Sapen sudah beberapa kali terjadi.
Tercatat hingga kini sudah ada empat warga yang bunuh diri dari jembatan penghubung antara Kecamatan Sragen ke wilayah Gesi dan Sragen utara itu.
“Iya dalam catatan kami sudah empat kali kasus bunuh diri di Jembatan Sapen. Kami juga tidak tahu mengapa lokasi itu jadi tempat bunuh diri. Yang jelas mayoritas korban justru bukan warga sekitar tapi malah dari luar Gesi,” ujar Kapolsek Gesi, AKP Teguh Purwoko kepada JOGLOSEMARNEWS.COM belum lama ini.
Kapolsek menguraikan kondisi Jembatan Sapen memang agak sepi. Panjang jembatan 100 meter dan kondisi air bengawan yang agak tenang di lokasi itu, diduga menjadi alasan para korban memilih lokasi itu untuk bunuh diri.
![](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2020/12/IMG-20201204-WA0074.jpg?resize=640%2C360&ssl=1)
Dari catatan JOGLOSEMARNEWS.COM , kasus bunuh diri di Jembatan Sapen terakhir dilakukan Mardiyanto (47) warga Dukuh Gabus Wetan RT 5, Desa Gabus, Ngrampal.
Ia ditemukan tak bernyawa setelah bunuh diri terjun dari Jembatan Sapen, Tanggan, Gesi pada Sabtu (5/12/2020).
Jenazah bapak dua anak itu ditemukan di Sungai Bengawan Solo tepatnya di Dukuh Patikan RT 06, Desa Karangudi, Ngrampal, Sragen.
Kemudian, ada Wijayadi (Wanto), penjual pentol goreng berusia 30 tahun asal Dukuh Sigit RT 2, Sigit, Tangen, Sragen juga nekat bunuh diri terjun dari Jembatan Sapen, pada Senin (14/9/2020) malam.
Sebelumnya, pada Sabtu (4/4/2020) seorang wanita bernama Prihatin (44) asal Dukuh RT 9, Desa Majenang, Sukodono itu juga tewas usai bunuh diri terjun ke Sungai Bengawan Solo dari atas Jembatan Sapen di Dukuh Sapen, Tanggan, Gesi.
Kemudian ibu muda dua anak bernama Deni Pertiwi (24), ibu dua anak itu juga ditemukan tak bernyawa usai bunuh diri dengan terjun ke Sungai Bengawan Solo dari atas Jembatan Sapen.
Dari penuturan kerabat dan riwayat psikologisnya, korban diduga
mengalami depresi berat dan pernah dua kali masuk rumah sakit jiwa (RSJ). Wardoyo