Beranda Daerah Semarang 15 Siswa di Jepara Positif Corona, Ganjar Minta Sekolah yang Jadi Klaster...

15 Siswa di Jepara Positif Corona, Ganjar Minta Sekolah yang Jadi Klaster Covid-19 Ditutup

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo usai menghadiri acara Puncak Peringatan Hakordia via Zoom, Kamis (3/12/2020). Istimewa

JEPARA, JOGLOSEMARNEWS.COM — 15 siswa di kabupaten Jepara dinyatakan positif positif Covid-19. Hal itu terjadi di tengah persiapan pelaksanaan sekolah tatap muka pada awal tahun 2021.

Simulasi pembelajaran tatap muka telah digelar di sejumlah sekolah, swab tes kepada para guru, siswa, dan pekerja di sejumlah sekolah juga telah dilaksanakan.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jepara, Muh Ali mengungkapkan, dari 150 siswa yang di tes swab di SMP swasta tersebut pihaknya menemukan 15 siswa positif Covid-19.

“Tes usap tenggorokan terhadap 150 siswa SMP swasta di Kabupaten Jepara itu juga sebagai tindak lanjut dari penelusuran kontak erat terhadap pasien virus corona,” terang dia.

Ia menyebut, pelaksanaan tes usap di SMP swasta tersebut, dilakukan mulai Jumat (27/11) hingga Sabtu (28/11). Kini, belasan siswa yang dinyatakan positif Covid-19 itu diminta menjalani isolasi mandiri di rumah mereka masing-masing.

“Karena memang tidak disertai gejala maka kami minta isolasi di rumah. Upaya ini agar ada pihak keluarga yang akan mengawasi serta memenuhi kebutuhannya,” terang dia.

Dalam rangka persiapan sekolah tatap muka pada awal 2021, Pemkab Jepara melakukan tes usap tenggorokan terhadap guru, siswa, maupun pekerja di semua sekolah di sana. Adapun, hingga saat ini sudah menyasar sekitar 10 sekolah.

Baca Juga :  Wakil Ketua DPRD Jateng Sepakat Tak Ada Pembatasan Pasokan Susu dari Peternak ke Industri Pengolahan. Tata Kelola Produksi Juga Diperbaiki

Sikap Tegas Gubernur Ganjar

Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta semua sekolah yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 ditutup. Hal itu menanggapi adanya puluhan pelajar SMP di Kabupaten Jepara yang terinfeksi Covid-19 usai mengikuti pembelajaran tatap muka.

“Tutup, wes ora usah kesuwen pokoke (tutup, tidak usah lama-lama). Kita kasih kesempatan buma, tapi kalau begitu, ya tutup lagi begitu saja,” ujar Ganjar usai rapat koordinasi percepatan penanganan Covid-19 di ruang rapat Kantor Gubernur, belum lama ini.

Dengan adanya kasus penyebaran di sekolah tersebut, pihaknya juga akan melakukan evaluasi. Jika nanti ditemukan hal serupa, akan diambil tindakan tegas dengan menutup sekolah agar tidak melakukan pembelajaran tatap muka.

“Kita juga akan mengevaluasi, kalau ada tutup saja. Tidak usah ragu,” tegasnya.
Ganjar juga menjelaskan, rencana pembelajaran tatap muka yang akan dilaksanakan Januari 2021 tetap menggunakan aturan dan mekanisme yang ada untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.

“Januari nanti bukan berarti merdeka, belajarnya masuk bebas-bebas saja, iya tidak. Kita harus selektif,” jelas Ganjar.

Bukan hanya sekolah, ia juga mengancam akan menutup obyek wisata yang tidak mampu mengelola dengan baik di tengah pandemi.

Baca Juga :  Gandeng KPID, Kemenag Jateng Akan Pantau Siaran Keagamaan

“Wisata kalau pengelolaannya begitu ya ditutup. Kondisi kayak gini kok,” ucapnya.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yulianto Prabowo menuturkan bahwa pendataan kasus Covid-19 ada perbedaan antara provinsi dengan pusat.
“Sudah saya jelaskan kemarin,” katanya.

Untuk saat ini, lanjut Yuli, klaster terbanyak penyebaran Covid-19 di Jawa Tengah adalah klaster keluarga. Namun, hingga sudah lebih dari 70 ribu tes PCR.

“Klaster tertinggi, itu klaster keluarga. Sampai saat ini tes PCR sudah mencapai lebih dari 70 ribu dan 10,3 persen (positifity rate),” tandasnya. Kahlil I Nor Ahmad