JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Tegaskan TBC Bukan Penyakit Kutukan, SSR Aisyiyah Sragen Ungkap Berhasil Dampingi 167 Penderita Hingga Sembuh. DKK Sebut Temukan Kasus TBC di Ponpes

Kegiatan Pertemuan Pemangku Kepentingan untuk Penguatan Organisasi TBC di daerah yang digelar SSR TB HIV Care Aisyiyah Sragen, Selasa (22/12/2020). Foto/Wardoyo
   

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – SSR Aisiyah Kabupaten Sragen menyampaikan sudah melakukan pendampingan dan pengobatan terhadap sebanyak 167 penderita penyakit Tuberkulosis (TBC) hingga sembuh sejak 2016 hingga 2020.

Selain itu, hingga kini masih ada 32 penderita positif dan 98 suspek TBC yang juga menjalani pendampingan penanganan selama kurun setahun di 2020.

Angka kesembuhan dan pasien dalam pendampingan itu merupakan pencapaian program penanggulangan TBC yang dilakukan Aisyiyah Kabupaten Sragen bersama lembaga internasional Global Fund selama 4 tahun terakhir.

Hal itu terungkap dalam Pertemuan Pemangku Kepentingan untuk Penguatan Organisasi TBC di daerah yang digelar SSR TB HIV Care Aisyiyah Sragen, Selasa (22/12/2020).

Ketua SSR Aisyiyah Kabupaten Sragen, Suyatmi mengatakan dari program yang dijalankan sejak 2016, hingga kini sudah ada 167 pasien TBC di Sragen yang berhasil sembuh.

Hal itu tak lepas dari komitmen kuat kader SSR Aisyiyah dalam melakukan penemuan atau investigasi kasus, mengobati penderita yang ditemukan hingga sembuh.

“Kebetulan program penanggulangan TBC yang didukung Global Fund dengan Aisyiyah Sragen akan berakhir di 2020 ini. Namun dari kami tekatnya jangan berhenti hanya karena tidak ada sponsor lagi. Tapi kami tetap berkomitmen untuk memajukan program ini melalui Pimpinan Daerah Aisiyah utamanya dari Majelis Kesehatan,” paparnya usai acara.
Pertemuan itu digelar sebagai upaya menggalang dukungan dari semua pihak lintas sektor terkait.

Baca Juga :  Geger Warga Sragen Beli Mobil Baru Isi Bahan Bakar Dexlite di SPBU Jetak Sidoharjo Sragen Mesin Langsung Rusak, Komsumen Curigai Jual Dexlite Tidak Asli

Baik dari UPT Dinas, Puskesmas dan lainnya agar semua satu semangat untuk mendukung progran penanganan dan penuntasan kasus TBC di Sragen.

Sebab realita di lapangan, masih banyak masyarakat yang kurang sadar atau salah persepsi terhadap penyakit TBC.

Foto/Wardoyo

Menurutnya, tak sedikit masyarakat atau penderita TBC menganggap penyakit turunan atau kutukan yang sulit disembuhkan. Kesalahan pemahaman itulah yang membuat penderita kadang masih enggan berobat dan memilih pasrah dengan keadaan.

“Ini tantangan berat bagi para kader untuk mensosialisasikan bahwa penyakit TBC itu penyakit yang berbahaya tapi bisa disembuhkan. Bukan penyakit turunan atau kutukan. Bagaimana caranya? Setelah terdeteksi, lalu kita berikan pendampingan agar tidak putus minum obat (PMO). Agar bisa terpantau, PMO kita ambilkan dari
Supaya tidak putus minum obat kita ambilkan dari orang-orang terdekat dari si pasien supaya bisa mengontrol dan memantau si pasien sampai sembuh,” tandas Suyatmi.

Ketua PD Aisyiyah Sragen, Sunari menguraikan semua pendampingan hingga pengobatan pasien TBC yang ditangani SSR Aisyiyah diberikan secara gratis sampai sembuh.

Selama ini, ada 76 kader dari Aisyiyah yang diterjunkan untuk melakukan penanganan TBC melalui cara kerja TOS yakni temukan, obati lalu obati sampai sembuh.

Baca Juga :  Dagang Ciu di Bulan Ramadhan, Warga Sambungmacan, Sragen Dirazia Polisi, 3 Botol Miras Disita

“Dari kader itu nanti kalau menemukan kasus positif TBC akan dibimbing dan diobati sampai sembuh. Semua gratis,” tuturnya.

Ia tak menampik stigma penyakit turunan atau kutukan, memang membutuhkan upaya sosialisasi yang tak semudah yang dibayangkan.

Para kader dituntut memiliki kegigihan untuk memotivasi agar para suspek atau pasien TBC mau diobati ke Puskesmas. Menurutnya perjuangan dan pengabdian para kader dalam penanganan TBC itu sebagai wujud kepedulian Aisyiyah Sragen terhadap penuntasan kasus TBC di Bumi Sukowati.

Perwakilan dari DKK Sragen, Sumiyati mengapresiasi program penanganan TBC HIV yang dilakukan Aisyiyah Sragen. Ia mengakui tanpa dukungan dan peran serta masyarakat dan semua pihak, DKK juga tak akan bisa menjalankan program kesehatan dengan baik.

Termasuk dalam penanggulangan TBC, di mana diyakini ada kasus yang belum terdeteksi. Seperti di pondok pesantren yang baru-baru ini ditemukan ada kasus TBC.

“Memang perlu ada deteksi dini di wilayah Ponpes. Karena ternyata kita menemukan ada kasus TBC di Ponpes. Tapi kami belum bisa melakukan secara menyeluruh. Dengan cepat terdeteksi, paling tidak bisa segera ditangani. Semua perlu dukungan dari berbagai pihak. Tanpa dukungan panjenengan semua, DKK tidak ada apa-apanya,” tandasnya saat memberikan paparan. Wardoyo

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com