Beranda Daerah Sragen 13 Hari Pencarian, Jenazah Kakak Beradik asal Sragen Korban Pesawat Sriwijaya Air...

13 Hari Pencarian, Jenazah Kakak Beradik asal Sragen Korban Pesawat Sriwijaya Air hingga Kini Masih Misteri. Resmi Dihentikan, Keluarga Pasrah dan Masih Nunggu di Jakarta

Foto kenangan Suyanto dan Riyanto semasa hidup. Kolase/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pemerintah melalui Basarnas resmi menghentikan pencarian jenazah pesawat Sriwijaya Air SJ182. Hingga pencarian dihentikan di hari ke-13, jenazah kakak beradik korban pesawat Sriwijaya Air SJ182 asal Tangen, Sragen, Suyanto (40) dan Riyanto (32) belum juga ketemu.

Penantian panjang hampir dua pekan hari sejak kejadian Sabtu (9/1/2021) belum juga membuahkan hasil. Meski ada ratusan body part yang ditemukan, ternyata hingga kini tak satu pun yang identik dengan Suyanto dan Riyanto.

“Iya. Sampai kemarin ada kabar pencarian dihentikan, adiknya yang ada di Jakarta menyampaikan memang belum ada yang ketemu baik Suyanto maupun Riyanto. Ini ibu dan bapak serta adiknya masih di Jakarta menunggu nb kepastian terakhir,” papar Sekdes Katelan, Paidi kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Jumat (22/1/2021).

Paidi menguraikan masih belum bisa memberi gambaran terkait kondisi keluarga pasca penghentian pencarian. Namun dengan kabar pencarian dihentikan, keluarga nampaknya hanya pasrah.

Pun dengan bagaimana pemakaman jika jenazah akhirnya tak juga ditemukan, pihaknya masih menunggu keputusan dari keluarga.

“Kami masih nunggu kabar dari adiknya yang di Jakarta,” tukasnya.

Meski demikian, kondisi psikis kedua orangtuanya sudah sedikit mulai bangkit. Walaupun masih sering meratap, Wagiyo-Wakiyem, yang sempat drop berat di awal karena kehilangan dua anak sekaligus, kini berangsur mulai sedikit tegar.

Baca Juga :  Detik-detik Akhir Kampanye Pilkada 2024 Kyai NU di Sragen Pilih Dukung Bowo - Suwardi Ini Alasannya

Sementara, di rumah Riyanto dan Suyanto, hampir tiap malam warga menggelar yasinan dan doa bersama.

Orangtua hingga anak-anak hampir tiap malam tak henti berkumpul untuk menggelar yasinan dan mendoakan agar jenazah keduanya bisa segera ditemukan.

“Hampir setiap malam selalu kumpul, yasinan dan mendoakan agar segera ditemukan,” terang Paidi.

Suyanto (40) warga Dukuh Gunung Banyak RT 18, Katelan, Tangen dan adiknya, Riyanto (32) yang tinggal di Dukuh Tengaran RT 17, Desa Katelan, Tangen, diketahui merupakan penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang jatuh ke perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021) lalu.

Keduanya sama-sama sudah berkeluarga dan anak satu. Mereka ternyata hendak terbang dari Jakarta menuju Pontianak karena mendapat borongan proyek pemasangan rolling door.

“Mereka pemborong, kakak adik. Ke Pontianak mau ngerjakan borongan pasang rolling door,” papar Sekretaris Desa (Sekdes) Katelan, Tangen, Paidi, Minggu (10/1/2021).

Paidi mengatakan keduanya memang sebelumnya sudah lama merantau di Pontianak.

“Mereka berangkat dari rumah sudah beberapa hari lalu, tanggal 30 Desember 2020. Di Jakarta istirahat dulu beberapa hari. Baru kemudian berangkat ke Pontianak kemarin siang naik Sriwijaya Air,” urainya.

Keduanya merupakan anak dari pasangan Wagiyo-Wakiyem. Kabar masuknya Suyanto-Riyanto di daftar penumpang, diketahui oleh adiknya yang ada di rumah.

Baca Juga :  Gerakan Pembaharuan Sragen (GPS) Terbelah, Tokoh-Tokoh Senior Berbalik Mendukung Bowo-Suwardi di Pilkada Sragen 2024

Paidi menuturkan saat ada berita pesawat jatuh jurusan Pontianak, adiknya kebetulan langsung mengecek story di status WhatsApp (WA) kakaknya.

Ternyata status WA kakaknya memasang foto tiket keberangkatan. Setelah dicek dan dipastikan, ternyata informasi itu benar dan kedua kakaknya memang ada di daftar penumpang pesawat yang jatuh itu.

“Kebetulan story WA waktu kakaknya mau berangkat ke Pontianak itu yang dipasang adalah story tiket pesawat. Begitu ada informasi di TV ada kecelakaan pesawat, lalu adiknya langsung mencocokkan ternyata antara tiket dan pesawat yang jatuh itu sesuai. Kemudian dicari di daftar nama-nama, nama Suyanto dan Riyanto memang ada dan sesuai dengan yang bersangkutan,” tukasnya. Wardoyo