Beranda Nasional Jogja Melongok Desa Wisata Sejarah Kelor, Turi Sleman. Joglo Tua Berusia Ratusan...

Melongok Desa Wisata Sejarah Kelor, Turi Sleman. Joglo Tua Berusia Ratusan Tahun hingga Outbound dan Susur Sungai Ada di Sini

Salah satu sudut Desa Wisata Sejarah Kelor yang indah JSnews/Kiki DS
Salah satu sudut Desa Wisata Sejarah Kelor yang indah
JSnews/Kiki DS

 

Hamparan lahan salak pondoh terlihat asri dan rimbun. Sepanjang jalan, puluhan buah salak yang teronggok rendah di pohon menggoda untuk dipetik. Semilir angin yang menerpa semakin membuat panasaran mengulik desa yang berada di balik rerimbunan itu.

Akhirnya berujung perjalanan kali ini, sebuah papan petunjuk tertera menyapa. Tertulis Desa wisata Sejarah Kelor. Desa wisata ini letaknya berada di dusun Kelor, Bangun Kerto, Kecamatan Turi, Sleman Yogyakarta.

Nama Kelor sendiri diambil dari nama sebuah pohon bernama kelor  (Moringa Oleifera), yang dipercaya masyarakat Jawa pada jaman dahulu mempunyai beragam khasiat,  mampu mengusir keburukan dan memiliki kesaktian. Cerita para sesepuh pun mengemuka, bahwa sebatang pohon Kelor  yang berada di utara dusun Kelor, dulu pernah menyelamatkan warga dari bahaya erupsi gunung Merapi.

Ketua Desa Wisata Sejarah Kelor Purnomo
JSnews/Kiki DS

Sementara itu, Ikhwal desa ini berkembang menjadi desa wisata tak lepas dari potensi warisan budaya bersejarah yang dimilikinya. Yakni  keberadaan rumah joglo tua,  yang berdiri tahun 1835. Sang pemilik bernama Kromowijoyo. Pada tahun 1949 sejarah mencatat, joglo Kelor ini pernah menjadi markas Tentara Pelajar(TP) dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Joglo bersejarah yang berdiri tahun 1835, dan pernah dipakai sebagai markas Tentara Pelajar
(Dokumen JSNews)

“Jadi desa ini memiliki joglo bersejarah, milik perseorangan. Berdiri tahun 1835 dan dulu dipakai sebagai markas Tentara Pelajar. Dalam perjalanan waktu banyak orang sering mengunjungi bangunan tersebut, dan ini menimbulkan sebuah ide tentang desa wisata, “ujar Ketua Desa Wisata Sejarah Kelor Purnomo kepada Joglosemarnews, belum lama ini.

Kemudian tahun 2006 mulai dikembangkan gagasan desa wisata yang dikemas secara profesional. Menyewa lahan kas desa Kelor dan lahan perorangan, Desa Wisata Sejarah Kelor ini menghimpun luas sekitar 2000 meter persegi. Imbuh Purnomo, selain Joglo bersejarah itu para penduduk desa tersebut, keseharian adalah petani salak pondoh dan memiliki kebun salak yang beragam.

“Perkebunan salak pondoh di sini begitu luas. Jadi yang punya perseorangan kami sewa per tahun. Memadukan joglo yang  sudah ada, serta potensi kebun salak lantas kami menawarkan paket wisata kepada para pengunjung atau tamu,”terangnya.

Baca Juga :  Antisipasi Cuaca Ekstrem, Wisatawan Diimbau untuk Menjauhi Bibir Pantai
Bocah-bocah asyik becanda sembari uji nyali jembatan titian
JSnews/Kiki Dian

Wisata sejarah dan alam, menjadi tema yang diusung dalam produk Desa Wisata Kelor ini. Pasalnya para tamu, entah itu individu,  keluarga, instansi dapat menikmati beragam kegiatan yang sudah tersusun dengan baik. Selain mengenal sejarah joglo dan menyusuri sudut-sudut bangunan tersebut, pengunjung boleh memetik salak pondoh, susur sungai,outbound, flying fox,trekking, jembatan titian, tangkap ikan dan masih banyak wahana atau spot selfie menarik lainnya.

“Namun, semua terserah para tamu atau pengunjung hendak mengambil paketan wisata yang mana. Kami pun bisa mengeksplor sesuai permintaan mereka, “tandasnya.

Salah satu wahana outbound
Jsnews/kiki DS

Pemberdayaan masyarakat pun dilakukan oleh Desa Wisata Sejarah Kelor ini, karena kata Purnomo, warga setempat, tua dan muda turut dilibatkan berperan serta. Para pemuda diberdayakan sebagai pemandu outbound ataupun permainan yang ada di sana, kaum ibu memasak untuk konsumsi dan masih banyak lainnya.

“Jadi di sini ada paketan wisata outbound lepas (tanpa menginap) atau outbound plus menginap. Kami menyewakan rumah-rumah warga di sini, ada sekitar 32 rumah se padukuhan Kelor yang dapat dipakai sebagai homestay,”ucapnya.

Sebagai homestay, para tamu yang menginap di rumah induk semang (warga), diwajibkan bila pagi hari mengikuti kegiatan sang empu rumah, misalnya ke kebun, memberi makan ikan dan lainnya. Nah untuk makan sendiri tergantung dari panitia atau tamu yang  bersangkutan. Langsung ke pemilik rumah atau menyerahkan kepada panitia.  Adapun paket wisata termurah yakni outbound plus nginep di homestay (rumah penduduk) adalah Rp 171.000 , fasilitas makan 2 kali.

Kolam ikan yang dipergunakan sebagai salah satu permainan menangkap ikan
JSnews/Kiki DS

“Kami juga memberikan edukasi kepada para pengunjung tentang banyak hal. Supaya mereka bisa mendapatkan  hal dan pengalaman yang baru. Mulai dari edukasi budi daya salak pondoh, bikin telur asin, membuat bakso goreng kelor, jenang salak”ucap lelaki kelahiran 1977 ini.

Baca Juga :  Ternyata, Jasad Pria Tanpa Identitas di Ring Road Utara, Sleman Korban Tabrak Lagi di Pagi Buta

Di sisi lain, inovasi pun terus dilakukan para penduduk khususnya kaum ibu lewat wadah UMKM, agar tak lelah belajar dan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Yakni dengan membuat produk makanan berbahan kelor seperti mie kelor, slondok kelor, dan krupuk kelor guna dipasarkan.

“Ramainya para goweser blusukan, juga kami manfaatkan dengan membuka New Stanplat pit, semacam stan. Bisa untuk nyilir, jajan, pijet kalau mampir atau ingin beristirahat sebentar di sini. Beraneka masakan warga dititipkan dan dijual di sini,harganya mulai Rp 5ribuan,”kata Purnomo yang mengaku bersyukur di tengah pandemi ini, masih banyak  orang yang berkunjung dan berbagi rejeki di sini.

Menikmati udara pedesaan yang segar dan beragam wahana menarik salah satu pengunjung bernama Tyas. Meskipun berasal dari kabupaten yang sama, namun Tyas mengaku baru sekali ini datang ke Desa Wisata Kelor tersebut.

“Spot-spot di sini lumayan bagus, namun wahananya kalau bisa ditambah lagi. Udaranya yang adem dan sejuk bikin betah, pungkasnya. #Kiki Dian