Beranda Umum Nasional Bermula dari Percakapan WA, Dua Siswi Berkelahi, Salah Satunya Tewas, Diduga Masalah...

Bermula dari Percakapan WA, Dua Siswi Berkelahi, Salah Satunya Tewas, Diduga Masalah Asmara

Lelaki tewas di ukung celurit
ilustrasi / joglosemarnews

BUKITTINGGI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Dua orang pelajar putri di Bukittinggi berkelahi atau pada Sabtu (6/2/2021) sekitar pukul 12.00 WIB.

Akibat dari perkelahian tersebut salah seorang siswi meninggal dunia.

Menurut Kasat Reskrim Polres Bukittinggi, AKP Chairul Amri Nasution, kejadian bermula dari percakapan pesan melalui aplikasi WhatsApp pelaku dengan korban terkait masalah asmara.

Saat korban bersama temannya sampai di lokasi yang telah dijanjikan, korban turun dari motor. Pelaku pun langsung memukul kepala korban menggunakan helm milik pelaku sehingga korban terjatuh ke aspal.

“Perkelahian tersebut sempat dilerai warga yang berada disekitar TKP,” ucap Chairul.

Chairul mengatakan, korban dinyatakan meninggal dunia pukul 18.10 WIB di Rumah Sakit Yarsi Bukittinggi. Begitu mendapat informasi perkelahian tersebut, TIM Opsnal Polres Bukittinggi bergerak ke lokasi.

Polisi mengamankan pelaku yang masih berusia 17 tahun dan masih masuk kategori anak berhadapan dengan hukum (ABH) yang kemudian dibawa ke Mako Polres Bukittinggi.

Baca Juga :  Curhat ke Wamenaker Gaji di Indofarma Nunggak-nunggak, Noel: Saya Bukan Malaikat

Terkait hal tersebut Direktur Nurani Perempuan Women Crisis Center, Meri Yanti, mengingatkan masyarakat agar tidak menyalahkan perempuan dalam kasus perkelahian dua orang sesama pelajar yang menelan korban jiwa di Bukittinggi, Sumatra Barat.
Menurut Meri, hal itu akan berdampak pada kondisi psikologis perempuan yang berkaitan dengan penyebab pertengkaran dua orang pelajar tersebut.

“Kalau tekanan terus menerus, itu akan buruk kepada psikologis dia (pelajar perempuan). Tentunya pihak sekolah harus paham dan lingkungan masyarakat tidak menyalahgunakan perempuan,” kata Meri, Minggu (7/2/2021).

Nurani Perempuan Women Crisis Center menyesalkan anak di bawah umur berani menyelesaikan permasalah dengan tindakan kekerasan. Padahal hal tersebut banyak ditemukan oleh orang dewasa.

Terlebih tindakan tersebut sampai merenggut nyawa seseorang. Meri menilai, banyak faktor membuat anak di bawah umur berani mengambil tindakan seperti ini, salah satunya faktor lingkungan dan teknologi.

Baca Juga :  Tak Bisa Berbuat Apa-apa untuk Selamatkan Sritex, Menaker Yassierli: Kita Tunggu Hasil Kerja Kurator

“Anak-anak ini kan banyak main game pembunuhan, game berkelahi, apakah game online ini sangat berpengaruh ke kejiwaan anak. Sehingga mereka menyelesaikan persoalan dengan kekerasan,” ujar Meri.

www.republika.co.id